Populernya Hendrar karena beliau pernah jadi wakil dan wali kota Semarang pada dalam kurun waktu berbeda di 2010-2022. Meski kalah mentereng, nama Hendrar tidak asing-asing amat buat warga Jateng.
Taj Yasin sudah pasti mentereng karena beliau putra ulama kharismatik (almarhum) Mbah Maimun Zubair. Meski PPP tempat Taj Yasin bernaung gagal masuk parlemen, namun Gus Yasin lebih terkenal dari partainya.Â
Pada pemilihan anggota DPD RI 2024-2029 Taj Yasin dapat 3.821.699 suara, menjadikannya bertengger di peringkat pertama. Ini membuktikan Gus Yasin memang sepopuler itu di Jateng. Dua faktor itu jugalah yang membuat Ganjar Pranowo menggaet Taj Yasin sebagai wakilnya di periode kedua pemerintahannya.
Hendrar bisa mendongkrak lagi kepopulerannya di Jateng sebelah barat seperti Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Cilacap, dan Kebumen dengan rajin menemui warga di sana dan bercakap bahasa ngapak (Banyumasan) untuk meraih simpati.
Meski Gus Yasin lebih disegani karena berasal dari keluarga pesantren yang terpandang, Hendrar bisa membangun hubungan yang lebih luwes dengan warga tanpa ada sekat keseganan.
Adu Spanduk dan Baliho
Spanduk dan baliho Ahmad Luthfi sudah bertebaran di seantero Jateng sejak Idulfitri April kemarin saat beliau masih jadi Kapolda Jateng. Hal ini wajar karena Luthfi memang sudah disiapkan oleh Presiden Joko Widodo untuk jadi calon gubernur Jateng.
Sementara itu baliho Andika masih amat sangat minim kalau tidak boleh dibilang belum ada. Meski sejak sebulan lalu namanya sudah santer akan diusung jadi calon gubernur, tapi keputusan resmi pencalonan itu baru diambil kemarin sore oleh PDIP. Nasib Hendrar lebih baik karena 1-2 balihonya sudah lebih dulu muncul di beberapa titik.
Spanduk dan baliho bagian dari komunikasi publik untuk mempengaruhi persepsi orang. Warga yang sebelumnya tidak tahu bisa jadi merasa dekat dengan seseorang karena seringnya dia melihat baliho dan spanduk orang tersebut. Mirip seperti perusahaan yang memasang iklan di tempat umum.
Berhubung parpol yang mendukung cuma PDIP, Andika bisa saja tidak memasang banyak spanduk dan baliho, melainkan menggunakan pendekatan tatap muka dengan bantuan kader dan simpatisan.
Kader adalah mereka yang punya kartu tanda keanggotaan sebuah partai politik. Sedangkan simpatisan merupakan mereka yang bukan anggota, tapi selalu ikut mendukung program dan kebijakan parpol.
Adu Pengaruh Media Sosial
Simpatisan Luthfi sudah bergerak di dunia nyata sejak lama, saya sering menemui orang yang menyatakan dukungannya pada Luthfi-siapa pun wakilnya. Maka Andika perlu memanfaatkan media sosial untuk mendongkrak suara. Andika dan Hendrar harus punya akun pribadi alih-alih diwartakan melalui PDIP semata.