Selain soal tubrukan kepentingan, rusuh terjadi biasanya terjadi pada unjuk rasa yang melibatkan ribuan orang karena adanya deindividuasi.
Deindividuasi adalah kondisi di mana saat sedang beramai-ramai seseorang melakukan hal diluar kebiasaannya karena merasa bagian dari satu kelompok.Â
Deindividuasi juga menyebabkan orang yang cuma ikut-ikutan demo tanpa tahu apa yang didemo bisa bertindak anarkis padahal sehari-harinya dia kalem dan pendiem.
Hal sama berlaku pada tawuran pelajar. Saat berhadapan dengan "musuh" di jalan raya dia garang mengacungkan samurai, tapi saat ditangkap dan ditahan di kantor polisi, nyalinya mendadak ciut seperti ayam sayur.
Tanpa adanya provokator, deindividuasi bisa terjadi kalau ada satu saja orang yang mulai duluan merusak fasilitas umum atau memaki aparat. Maka terjadilah rusuh saat unjuk rasa berlangsung.
Pada unjuk rasa yang menentang kebijakan dan peraturan atau hal yang melibatkan trias politica (eksekutif, yudikatif, legislatif) sering terjadi rusuh karena kepentingan pendemo dengan yang didemo bertentangan. Pelibatan aparat keamanan memperparah tubrukan kepentingan di antara keduanya.
Unjuk rasa gerakan Kawal Keputusan MK kemarin memang merusak fasilitas umum, tapi untunglah (orang Jawa-apa pun dianggap untung) tidak sampai ada korban jiwa meski ada yang luka-luka dan diboyong aparat ke tahanan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H