Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Pekerja sektor informal. Juru ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Seni Artikel Utama

Candi Ngawen dan Asal-usul Pemahat Relief Borobudur ke Pembuat Cobek Muntilan

8 Agustus 2024   15:11 Diperbarui: 8 Agustus 2024   17:18 1099
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tumpukan bebatuan dari empat candi yang sudah tidak lengkap. Semua batu masih tampak reliefnya | Foto: Yana Haudy

Kalau mau melihat sunrise dan sunset sembari breakfast atau dinner dengan semburat puncak Borobudur, kita bisa membayar reservasi seharga Rp250.000 per orang. Lumayan istimewa, kan?!

Berdasarkan catatan Kemdikbudristek candi Borobudur diperkirakan dibangun antara tahun 780-833M dan candi Mendut tahun 824M. Sementara itu, tidak ada catatan tahun berapa candi Ngawen dibangun.

Namun, dari arsitektur bingkai sisi genta, bingkai setengah lingkaran, dan bingkai persegi yang profilnya lebih kuno, diperkirakan Ngawen lebih tua dari Mendut dan Borobudur. 

Sebagai candi yang usianya lebih tua dari Borobudur bukan tidak mungkin kalau para pemahat relief Borobudur merupakan keturunan dari para pemahat candi Ngawen yang di masa modern jadi pematung dan pembuat cobek Muntilan.

Pertama, jarak antara Ngawen (juga Mendut) dan Borobudur tidak sampai 10 kilometer dan sama-sama peninggalan Wangsa Syailendra yang beragama Buddha. 

Kedua, tahun pembuatan ketiga candi ini juga tidak jauh-jauh amat dalam artian masih dalam jangkauan pengerjaan 1-2 generasi. Artinya, anak dan cucu dari seorang bapak pemahat besar kemungkinan bekerja jadi pemahat juga.

Keterampilan seperti biasanya diturunkan dari bakat dan pelatihan keluarga. Hal sama juga berlaku di keluarga petani yang biasanya mewariskan sawah dan keterampilan bertani ke anak-cucunya.

Maka itu amat mungkin buyut dan bapaknya memahat Ngawen, anak dan cicitnya memahat Borobudur, dan keturunannya di masa sekarang memahat patung, nisan, dan cobek.

Tempat Main dan Kontemplasi

Candi Ngawen mulanya terdiri dari lima bangunan candi. Seiring berjalannya waktu ditambah penjajahan Eropa, candi-candi itu sudah tidak utuh lagi.

Salah satu candi yang tinggal kakinya saja | Foto: Yana Haudy
Salah satu candi yang tinggal kakinya saja | Foto: Yana Haudy

Kemdikbudristek menulis Belanda memugar candi Ngawen tahun 1927, tapi sewaktu suami saya masih kecil di tahun 1980-an, dia sering lewat candi Ngawen dan mengatakan batu-batu candi masih berserakan di hamparan tanah lapang. 

Bangunan candi menjadi rapi, tertata, dan asri seperti sekarang dikatakannya baru terjadi setelah tahun 1990-an. Mungkin saja Belanda merestorasi candi yang batunya masih lengkap saja, yaitu candi kedua dan keempat. Sedangkan tiga candi lainnya karena batu-batunya sudah tidak lengkap maka dibiarkan saja terhampar.

Tumpukan bebatuan dari empat candi yang sudah tidak lengkap. Semua batu masih tampak reliefnya | Foto: Yana Haudy
Tumpukan bebatuan dari empat candi yang sudah tidak lengkap. Semua batu masih tampak reliefnya | Foto: Yana Haudy

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun