Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Penulis - Ghostwriter

Juru ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022. Peduli pendidikan dan parenting

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Dua Sisi Kegiatan Jelang-Lulus Sekolah: Memberatkan tapi Membahagiakan

24 Mei 2024   16:07 Diperbarui: 24 Mei 2024   19:33 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata kelas 6 SDN Muntilan pasca ujian maraton. Bagian dari rangkaian kegiatan jelang-lulus sekolah | Dokpri

Kalau begitu, apakah keadaan ekonomi yang membuat orang tua nonsultan lantas tidak berani mengeluh dan memilih bayar iuran tepat waktu karena kuatir anak mereka diintimidasi kalau belum bayar? Jawabannya tidak dan tidak.

Orang tua ekonomi nonsultan menyebut mereka kerja keras memenuhi kebutuhan sekolah anak, yang penting anak bahagia. Semua rangkaian kegiatan jelang-lulus berupa doa dan motivasi, foto album, wisata, dan wasana warsa pasti sudah diperhitungkan oleh sekolah bersama paguyuban dan pastinya untuk kepentingan anak juga.

Benarkah anak bahagia dengan rangkaian kegiatan jelang-lulus sampai wasana warsa berlangsung? Ada kepentingan apa anak dengan semua kegiatan tersebut?

Anak Bahagia Anak Termotivasi

Mengutip blog Sekolah Pascasarjana Harvard, pakar pendidikan dan peneliti di Harvard University Dr. Christina Hinton, PhD mengungkap ada korelasi positif antara kebahagiaan siswa dengan motivasi dan prestasi akademiknya. 

Dalam studi dan penelitiannya selama 10 tahun mendampingi SD-SMA di AS, Christina juga menemukan bahwa hubungan yang kuat dengan guru dan teman sebaya juga punya peran penting untuk membuat siswa bahagia. Makin bahagia dia, makin termotivasi untuk meraih prestasi akademik terbaiknya.

Secara logika memang masuk di akal. Siswa yang punya hubungan akrab dengan teman dan gurunya pasti akan senang berada dan berkegiatan di sekolah. Dia akan punya konsentrasi juga terhadap pelajaran karena tidak ada pikiran negatif yang mengganggunya. 

Saya lihat dan dengar dari para siswa bagaimana saat berfoto bersama membuat album kenangan mereka merasakan keakraban satu sama lain dan kerap saling bercanda saat syuting. Padahal pada hari-hari sekolah diantara mereka sering saling ejek. 

Pun saat acara doa dan motivasi, 60 siswa merasa sebagai satu kesatuan sesama kelas 6, walau di hari-hari sekolah sebagian diantaranya tidak pernah bertegur sapa. Keguyuban itu mereka dapat selama menjalani kegiatan bersama-sama.

Memberatkan tapi Mengasyikkan

Selama di kelas enam, orang tua di sekolah anak kami mengeluarkan iuran Rp155rb/bulan yang disetor ke kas paguyuban untuk membiayai kegiatan jelang-lulus dan wasana warsa. Kami juga menabung Rp30rb/bulan yang dimaksudkan untuk uang saku anak saat wisata ke Semarang.

Selama berwisata, anak-anak itu bilang, "Asyik banget!" walau dua tempat wisata yang mereka datangi super duper penuh dan berjubelan rombongan anak sekolah dari berbagai sekolah di Jateng dan Jatim. Wajah mereka penuh senyum meski harus berdesakan dan mengantre lama tiap ingin menikmati wahana permainan.

Kebahagiaan berwisata bersama teman-teman seperti itu tidak tiap hari mereka dapat. Kesusahan orang tua mengumpulkan rupiah demi rupiah juga rasanya buyar saat menyaksikan foto-foto dan video bagaimana anak-anak mereka menikmati tiap detik waktu wisata dengan wajah bahagia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun