Punya suami mokondo buat kerabat saya mungkin tidak masalah. Yang penting dia punya teman berbagi yang siap dicurhati kapan saja untuk mengisi kekosongan batin.
3. Balas Dendam
Sakit hati karena perlakuan orang tua, keluarga besar, mantan suami, atau mantan tunangan. Si perempuan lantas mencari cara untuk menyakiti mereka.Â
Tidak peduli suaminya mokondo atau bukan, yang penting tampan, cute, dan kehadirannya bisa menampar mereka yang bikin sakit hati. Bagus kalau suaminya bukan mokondo, kalau ternyata iya, apa malah gak rugi perempuannya?
Saya tulis seperti ini karena belakangan sedang heboh juga ibu teman anak saya menikah lagi dengan duda tanpa anak. Kabar kemudian bertebaran kalau suaminya ternyata tidak punya pekerjaan dan hanya mengandalkan biaya dari istrinya. Bukan maksud saya ikut-ikutan bergosip, tapi ini contoh nyata kalau balas dendam ternyata bisa membawa perempuan bersuamikan lelaki mokondo.
Telanjur Bersuami Mokondo
Kebanyakan istri yang suaminya mokondo mengakhiri pernikahan mereka dengan perceraian. Ada juga yang suami mokondo-nya meninggal karena komplikasi penyakit akibat terlalu mager sehingga tidak perlu repot bercerai lewat pengadilan. Pun ada juga yang memilih bertahan demi anak-anak.
Mereka yang memilih bertahan kita doakan semoga sehat selalu jiwa raganya karena punya suami mokondo sudah pasti makan hati. Sebabnya karena suami mokondo umumnya sering berulah yang membuat keluarga usah dan malu.Â
Maka itu anak-anak laki kita perlu diajarkan sejak dini bahwa jadi lelaki haruslah yang mampu membiayai istri dan anaknya-walau cuma segenggam beras-dari hasil keringatnya sendiri. Syukur-syukur bisa membiayai istrinya jalan-jalan dan beli berlian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H