Setiap tanggal 14 semua peserta didik di SD anak kami harus memakai seragam Pramuka karena di tanggal itulah Pramuka lahir di bulan Agustus 1961. Selain itu Pramuka juga jadi ekstrakurikuler wajib yang artinya harus diikuti seluruh peserta didik tanpa kecuali. Makanya di sekolah anak kami Pramuka dimasukkan dalam intrakurikuler sama seperti musik.
Semasa saya SMP tahun 1993-1996, Pramuka belum diwajibkan dan kedudukannya sama seperti ekstrakurikuler lain. Pun saat di SMU ekstrakurikuler Pramuka cuma optional. Makanya saya menjalani masa remaja dengan nyaman tanpa harus mengulang pengalaman buruk selama ikut Pramuka di SD. Saya termasuk yang kurang suka kegiatan outdoor karena punya alergi.
Gerakan Pramuka dipayungi hukum lewat UU No. 12 Tahun 2010. Kewajiban berpramuka bagi seluruh siswa di sekolah formal lantas diterapkan di Kurikulum 2013.
Pramuka Bagi Gen Z dan Gen Alpha
Kalau kita mengacu pada Pew Research Center sebagai lembaga pertama yang mengklasifikasi generasi berdasarkan tahun kelahiran, maka generasi Z paling tua tahun ini usianya 27 tahun dan yang termuda 15 tahun.
Sementara itu bila merujuk pada Mark McCrindle sebagai pemberi nama, maka Generasi Alpha tertua saat ini berusia 14 tahun dan yang termuda adalah mereka yang lahir sepanjang tahun 2024 ini.
Gen Z dan Gen Alpha mengalami masa-masa wajib Pramuka di sekolah, tapi banyak dari mereka yang tidak menyerap ilmunya. Pertama karena-mungkin-banyak dari mereka yang tidak suka Pramuka. Kedua, karena zaman berubah. Ketiga, banyak dari kakak pembina yang belum meresapi arti dari gerakan kepanduan selain dari mengajarkan keterampilan semata.
Pramuka mengajarkan aneka keterampilan dan melatih jiwa sosial yang tak lekang dimakan waktu, tapi skill itu nyatanya tidak bisa dipraktikkan ke semua anak. Itu karena Pramuka adalah organisasi gerakan kepanduan yang tidak semua anak akan tertarik.
Ada anak yang senang olahraga, ada yang sukanya bermusik. Ada yang sukanya catur, ada yang sukanya membaca. Ada juga yang sukanya kerajinan tangan dan ada yang sukanya mempelajari bahasa.
Inilah mungkin satu dari beberapa hal yang membuat Kemdikbudristek tidak lagi mewajibkan Pramuka bagi seluruh peserta didik sebab tidak zamannya lagi anak dipaksa-paksa melakukan sesuatu yang tidak mereka sukai.Â
Generasi yang sering-dan kadang senang dipaksa-adalah Gen X dan Milenial semasa mereka kecil dulu, tapi tidak dengan Gen Z dan Gen Alpha.
Pramuka Kapan dan di Mana Saja
Saya pikir kwartir (markas-menurut KBBI) tidak akan ketar-ketir soal tidak diwajibkannya lagi Pramuka bagi anak sekolah. Pramuka masih ada sebagai ekstrakurikuler dan gerakan kepramukaan sudah berdiri sejak 63 tahun lalu yang tentu punya magnet buat anak-anak dan remaja yang menyukai tantangan dan keterampilan.
Selain itu, tidak diwajibkannya lagi Pramuka berarti membebaskan anak-anak kita untuk jadi dirinya sendiri. Kalau mereka suka berada di alam dengan segala kegiatannya, mereka bisa fokus menekuni kepramukaan. Begitu juga kalau anak suka dengan musik, sepak bola, seni rupa, dan lain sebagainya, mereka bisa menekuninya sepenuh hati tanpa terusik harus mengikuti kegiatan yang tidak mereka sukai.
Kalau kita cermati di Pasal 20 Ayat (1) UU Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka disebutkan bahwa gerakan pramuka bersifat mandiri, sukarela, dan nonpolitis.
Maka sepatutnya tidak ada paksaan dalam berpramuka sebab organisasinya sendiri tidak pernah memaksa.Â
Lalu dalam Pasal 21 dan Pasal 22 disebutkan kalau gugus depan itu bukan cuma di sekolah. Gugus depan bisa dibentuk dari komunitas kewilayahan, agama, profesi, organisasi kemasyarakatan, dan komunitas lain.
Tidak perlu ahli hukum untuk menafsirkan dua pasal itu. Bisa kita tafsirkan kalau siapa saja bisa mengikuti gerakan Pramuka bahkan orang yang ikut pendidikan kesetaraan atau yang kita kenal dengan nama Kejar Paket A, B, dan C.Â
Hal ini telah dikuatkan di Pasal 13 yang isinya, "Setiap warga negara Indonesia yang berusia 7 sampai dengan 25 tahun
berhak ikut serta sebagai peserta didik dalam pendidikan kepramukaan."
Dengan demikian, tidak diwajibkannya lagi Pramuka di sekolah sebetulnya membuat gerakan kepramukaan lebih bebas bergerak dan dinamis mengikuti perkembangan zaman.
***
Pramuka pernah tidak jadi ekstrakurikuler wajib dan sampai sekarang selalu ada regenerasi anak muda yang mencintai Pramuka lalu menularkannya ke orang lain.
Kita orang dewasa di zaman sekarang cuma punya tugas mengenalkan apa  itu Pramuka dan membimbing mereka untuk mencari tahu lebih banyak. Kalau ternyata mereka tidak suka, kita tidak punya hak memaksa. Kita yang dewasa saja tidak suka dipaksa-paksa, apalagi anak-anak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H