Penghargaan ini diberikan kepada PNS yang telah menunjukkan kesetiaan, pengabdian, kecakapan, kejujuran, kedisiplinan, dan telah bekerja terus-menerus dalam jangka waktu tertentu. Maka wajar kalau semangat dan optimisme dari kepemimpinan kepsek peraih penghargaan ini dirasakan juga oleh orangtua.
Dua kepsek terdahulu sama-sama berusia diatas 50 tahun. Satu kepsek pensiun dan satu lagi cuma pejabat sementara yang memimpin saat pandemi Covid-19. Jadi di tangan kepsek ketiga inilah prestasi sekolah makin melesat meski beliau cuma dua tahun menjabat.
Sekolah kami berhasil sampai ke tingkat nasional di lomba Pramuka Upacara Siaga. Pun berulangkali ke tingkat provinsi di Olimpiade Sains Nasional, MAPSI (Mata Pelajaran PAI dan Seni Islami), dan Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI). Belum lagi menang di banyak lomba tingkat kabupaten yang diadakan swasta.
Ketenangan dan Kedamaian Kepsek Tua
Saat dipimpin oleh kepsek pertama. Sekolah "cuma" langganan juara sebatas kabupaten saja. Kepsek waktu itu pernah bilang kalau menang lomba cukup sampai kabupaten, tidak usah ke provinsi. Artinya saat bertanding di tingkat kabupaten jangan sampai juara 1, cukup juara 2 atau 3 saja.
Sangat dimaklumi bila kepsek pertama bilang begitu. Mengirim murid ke lomba tingkat provinsi berarti logistik yang diperlukan juga besar. Mau pakai dana BOS, tidak cukup. Mau pakai kas sekolah, kurang. Mau minta sumbangan orangtua lewat komite, tidak enak.
Sebagai perbandingan, ketika bertanding di MAPSI kabupaten, sekolah kami harus mengeluarkan dana untuk sewa pick-cup guna mengangkut alat musik, bus untuk mengangkut peserta yang banyaknya puluhan orang, dan snack untuk murid yang berlomba.
Kalau maju ke provinsi dan lombanya diadakan di kota yang jauh, maka perlu keluar biaya untuk penginapan dan uang saku guru yang mendampingi. Buat sekolah swasta tidak masalah, tapi buat sekolah negeri bisa jadi masalah besar apalagi kalau sampai minta bantuan dari orang tua murid peserta lomba.
Disinilah kelihaian public speaking kepala sekolah diperlukan.
Tidak semua kepala sekolah punya skill public speaking untuk membuka wawasan dan kesadaran orang tua bahwa mengandalkan BOS saja tidak cukup. Salah pendekatan dan alasan, bukannya ikhlas urunan membiayai lomba, orangtua malah menganggap sekolah mata duitan.Â
Maka demi menghindarkan keluhan dan konflik, kepsek tua cenderung mengarahkan sekolah pada ketenangan dan kedamaian.Â
Alih-alih menyemangati, memotivasi, dan mengajak orang tua maksimal mendukung potensi anaknya, mereka memilih jalan apa adanya. Adanya cuma sampai kabupaten, ya sudah.