Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Pekerja sektor informal. Juru ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Lokomotif Kemajuan Sekolah dan Peserta Didik di Tangan Kepsek

5 Januari 2024   09:11 Diperbarui: 5 Januari 2024   13:22 1491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswa-siswi SMPN 19 Kendari, Sulawesi Tenggara, mengikuti pembelajaran tatap muka, pada Rabu (6/1/2021). KOMPAS/SAIFUL RIJAL YUNUS 

Orangtua ke sekolah cuma buat ambil rapor atau dipanggil kalau anaknya berulah itu sudah nggak jaman. 

Sejak Kurikulum 2013 sampai sekarang Kurikulum Merdeka, orangtua bisa kapan saja diundang kalau sekolah akan mengadakan kegiatan, mengikuti lomba, atau sekadar menghias dan mengecat kelas. Rata di semua jenjang pendidikan dari SD-SMA.

Pelibatan orangtua/wali yang seperti itu sudah ada di UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003. Kemudian makin dikuatkan lewat Permendikbudristek Nomor 30 Tahun 2017 tentang Pelibatan Keluarga Pada Penyelenggaraan Pendidikan. 

Makanya hampir semua satuan pendidikan punya komite sekolah dan paguyuban kelas yang jadi wadah pelibatan orangtua.

Memang apa gunanya orangtua terlibat? Terus gurunya ngapain aja sampai orangtua harus ikut rempong di penyelenggaraan pendidikan? Jawabnya: kesinergian.

Contoh kesinergian itu ada di tiga kata ajaib, yaitu maaf, tolong, dan terima kasih yang didorong penggunaannya di banyak sekolah sebagai bagian dari pendidikan karakter. Murid dan guru sama-sama harus mempraktikkan tiga kata ajaib itu. Namun, pembentukan karakter dari tiga kata ajaib itu tidak ada artinya kalau saat di rumah murid sering mendengar kata-kata kasar dan makian dari anggota keluarga bahkan orangtuanya.

Kesinergian inilah yang ingin dibangun dari pelibatan keluarga pada penyelenggaraan pendidikan. Kalau pendidikan di sekolah dan rumah sinkron maka terbentuklah anak yang bahagia berdasarkan jati dirinya sendiri.

Semangat dan Optimisme Kepsek Muda

Dalam enam tahun SD anak kami sudah tiga kali ganti kepala sekolah. Semester genap tahun ini dipimpin oleh kepala sekolah keempat yang akan memasuki masa purna tugas (pensiun).

Kepala sekolah paling muda dialah yang ketiga dan bergabung pada 2021 di usia 37 tahun. Beliau pernah menerima Satyalancana Karya Satya (Tanda Jasa Perunggu) tahun 2016 dari Presiden Jokowi.

Ilustrasi dari GettyImages via cambridge.org
Ilustrasi dari GettyImages via cambridge.org

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun