Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Penulis - Ghostwriter

Juru ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022. Peduli pendidikan dan parenting

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Latah Dress Code Alih-alih Seragam

6 Desember 2023   14:14 Diperbarui: 7 Desember 2023   00:03 1160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi memilih pakaian. (Dok Shutterstock/New Africa via bangka.sonora.id)

"Nanti kita dress code-nya kaus warna peach, celana coklat, dan kerudung coklat, ya!"

Sewaktu ajakan (tepatnya perintah) kepada panitia supaya berkaus peach, saya sampai mengulang pertanyaan dua kali ke si pengusul, "Warna peach?" Iya. "Warna peach itu kayak apa, sih? Di mana nyari kaus peach?" tanya saya pura-pura tidak tahu.

Buat orang desa warna peach (warna buah persik) bukan warna yang umum ditemukan di toko baju. Orang harus beli di lokapasar atau department store. Bisa juga, sih, pesan khusus, tapi harus dalam jumlah banyak.

Sebelum diminta memakai dress code kaus yang warnanya susah dicari di toko sekitar-peach- penggunaan istilah dress code ini makin umum digunakan untuk menyatakan keseragaman yang harus dipakai anggota atau panitia suatu kegiatan.

Saking umumnya, hanya dengan menulis DC-berarti dress code-orang sudah tahu kalau yang dibicarakan dalam konteks perbajuan adalah tentang baju warna apa yang harus dipakai supaya suatu kelompok terlihat serasi.

Lalu, mengapa warna baju yang sama yang dipakai suatu kelompok disebut dengan dress code?

Dress code casual smart dari Living in Style Australia
Dress code casual smart dari Living in Style Australia

Makna Dress Code dan Tujuan Utamanya

Kalau diartikan ke bahasa Indonesia kata dress code berarti kode atau aturan berbusana. Istilah dress code mengacu pada aturan, panduan, dan ketentuan berpakaian yang harus dipatuhi, bukan pada sama tidaknya warna, motif, dan jenis pakaian.

Dress code yang umum dikenal orang sedunia ialah casual dan smart casual, business dan business casual, cocktail, serta formal yang terdiri dari lounge suit, black tie, dan white tie.

Busana casual dikenakan untuk kegiatan santai seperti ke perpustakaan umum, liburan, nongki di kafe bareng bestie, ke pasar, rapat perkumpulan orang tua, atau jalan-jalan di mall. Sedangkan kalau diminta memakai smart casual berarti kita tidak boleh pakai kaus, harus bersepatu, dan tidak bercelana pendek.

Sementara itu, dress code business biasa kita lihat di perkantoran dengan blazer, dasi, sepatu pantofel, dan jas. Sedangkan business casual bisa kita lihat pada pakaian yang dikenakan para wartawan atau mereka yang bekerja lapangan sebagai event organizer, bekerja di rumah produksi, atau di kantor lembaga nonpemerintah.

Situs HR Consultant menyebut dress code di perkantoran dan dunia kerja bertujuan untuk menunjukkan profesionalitas, kesesuaian dengan bidang kerja, dan keseriusan bekerja di lingkungan tersebut. 

Maka bisa kita lihat kalau makna dress code (aturan berbusana) ternyata tidak sama dengan keseragaman kaus warna peach yang harus dipakai panitia. 

Seragaman

Baju dengan motif dan warna sama yang dipakai saat ada acara atau kegiatan punya tujuan untuk memperkuat identitas kelompok, memudahkan pengenalan, dan menciptakan kesan keseragaman.

Kita lihat saja seragam sekolah, seragam tentara, atau seragam buruh pabrik. Dari atas sampai bawah semua sama. Logo dan emblem yang terpasang di baju juga sama.

Jadi sebetulnya kalau panitia kegiatan, ibu-ibu pengajian, kelompok arisan, paguyuban kelas, atau komunitas mana pun ingin anggotanya pakai baju dengan warna sama, itu namanya seragaman, sesuai kata seragam yang artinya pakaian yang sama potongan dan warnanya. 

"Eh, besok ke kebun raya kita seragaman, yuk! Pesan gamis item kerudung kuning di butik Bu Tjondro," misalnya.

Seragam pengajian | Foto: gamispengajian.com
Seragam pengajian | Foto: gamispengajian.com

Dalam konteks komunitas, perkumpulan, paguyuban, dan semacamnya, mengenakan baju yang sama dengan anggota lain bisa bikin kita percaya diri karena merasa jadi bagian dari komunitas. 

Kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial terpenuhi dengan kita ada dalam satu komunitas meski cuma sesaat dan antar-anggota tidak saling kenal. Memakai seragam juga bikin kita merasa nyaman, aman, dan terlindungi saat berada di tempat asing. 

Itulah juga yang jadi alasan mengapa tiap perkumpulan punya setidaknya satu atau dua seragam untuk dipakai di acara internal dan eksternal.

Melihat hal itu, penggunaan istilah dress code untuk merujuk pada kesamaan warna pakaian tidaklah tepat. Kata paling pas untuk itu adalah "seragam".

Kalau kita bilang, "Dress code-nya colorful, ya! Jangan pakai warna hitam dan putih!" itu tepat. Lalu kalau kita ingin semua anggota pakai warna baju yang sama, lebih pas kalau kita bilang, "Nanti kita pakai seragam kaus warna peach, ya!" 

Hanya saja mungkin karena istilah seragam rasanya kurang keren, maka dress code-lah yang digunakan. Padahal dress code dan seragam maknanya berbeda.

Lalu, apakah si pengusul warna peach di atas berinisiatif memesankan kaus untuk seluruh panitia? 

Well, ternyata saya harus beli online, itu pun warnanya harus konfirmasi dulu ke si pengusul-peach yang seperti apa yang dimaksud-karena warna peach juga ada gradasinya. Padahal cuma buat seragam panitia perkemahan satu hari yang diadakan sekolah. 

Kalau mau praktis sebetulnya pakai saja warna coklat-warna Pramuka yang sekaligus gampang dicari, atau oranye-warna identitas sekolah. Kaus oranye banyak dijual di toko mulai harga Rp44.000 untuk ukuran dewasa.

Ya sudahlah. Kaus peach juga sudah terbeli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun