Sementara itu, dress code business biasa kita lihat di perkantoran dengan blazer, dasi, sepatu pantofel, dan jas. Sedangkan business casual bisa kita lihat pada pakaian yang dikenakan para wartawan atau mereka yang bekerja lapangan sebagai event organizer, bekerja di rumah produksi, atau di kantor lembaga nonpemerintah.
Situs HR Consultant menyebut dress code di perkantoran dan dunia kerja bertujuan untuk menunjukkan profesionalitas, kesesuaian dengan bidang kerja, dan keseriusan bekerja di lingkungan tersebut.Â
Maka bisa kita lihat kalau makna dress code (aturan berbusana) ternyata tidak sama dengan keseragaman kaus warna peach yang harus dipakai panitia.Â
Seragaman
Baju dengan motif dan warna sama yang dipakai saat ada acara atau kegiatan punya tujuan untuk memperkuat identitas kelompok, memudahkan pengenalan, dan menciptakan kesan keseragaman.
Kita lihat saja seragam sekolah, seragam tentara, atau seragam buruh pabrik. Dari atas sampai bawah semua sama. Logo dan emblem yang terpasang di baju juga sama.
Jadi sebetulnya kalau panitia kegiatan, ibu-ibu pengajian, kelompok arisan, paguyuban kelas, atau komunitas mana pun ingin anggotanya pakai baju dengan warna sama, itu namanya seragaman, sesuai kata seragam yang artinya pakaian yang sama potongan dan warnanya.Â
"Eh, besok ke kebun raya kita seragaman, yuk! Pesan gamis item kerudung kuning di butik Bu Tjondro," misalnya.
Dalam konteks komunitas, perkumpulan, paguyuban, dan semacamnya, mengenakan baju yang sama dengan anggota lain bisa bikin kita percaya diri karena merasa jadi bagian dari komunitas.Â
Kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial terpenuhi dengan kita ada dalam satu komunitas meski cuma sesaat dan antar-anggota tidak saling kenal. Memakai seragam juga bikin kita merasa nyaman, aman, dan terlindungi saat berada di tempat asing.Â
Itulah juga yang jadi alasan mengapa tiap perkumpulan punya setidaknya satu atau dua seragam untuk dipakai di acara internal dan eksternal.