Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Juru ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022. Istri peternak dan ibu dua anak.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Menakar Mesin Koalisi Capres-Cawapres Memecah Suara di Kandang Banteng

23 Oktober 2023   14:45 Diperbarui: 24 Oktober 2023   04:20 1883
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi koalisi partai politik. Sumber: KOMPAS/DIDIE SW

Gibran sama-sama wong Jateng seperti Ganjar, tapi kalau melihat tingginya gelombang penolakan atas keputusan MK tentang syarat seseorang menjadi cawapres, amat mungkin dengan menggandeng Gibran Koalisi Indonesia Maju malah menggali lubang untuk Prabowo. 

Banyak orang belum lupa bagaimana tingginya kolusi dan nepotisme di zaman orde baru yang lebih menguntungkan keluarga dan golongannya, apalagi saat Soeharto menjadikan putrinya Tutut sebagai menteri sosial. 

Memang tidak boleh dibandingkan Soeharto-Tutut dengan Jokowi-Gibran, tapi ketua Mahkamah Konstitusi adalah adik ipar Jokowi yang jadi paman-sambung Gibran Rakabuming. Walau mungkin tidak ada hubungannya dengan Jokowi dan Gibran, tapi dugaan nepotisme dibalik munculnya putusan MK "pernah menjadi kepala daerah" sulit dinafikan.

***

Meskipun prapilpres kali ini banyak kejutan dan hal yang diluar dugaan, semoga saja tidak menjadikan angka golput meningkat. Syukur-syukur makin sedikit orang yang golput karena golput justru akan menjadikan orang yang tidak layak berkuasa jadi makin leluasa.

Lagipula, pileg dan pilpres cuma terjadi tiap lima tahun sekali yang mana termasuk peristiwa langka. Itu berarti kesempatan kita berfoto di depan TPS (Tempat Pemungutan Suara) juga cuma lima tahun sekali. Jadi kesempatan langka itu sebaiknya tidak disia-siakan dengan keputusan menjadi golput.

Datanglah ke TPS dan gunakan hak pilih Anda yang cuma ada lima tahun sekali itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun