Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Penulis - Ghostwriter

Juru ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022. Peduli pendidikan dan parenting

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Kemana Arah Twitter Setelah Jadi X?

8 September 2023   16:27 Diperbarui: 10 September 2023   02:31 950
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nantinya kita tidak akan bisa ngewit (mencuit) di Twitter karena namanya telah ganti jadi X. Logonya pun sudah ganti jadi huruf X kapital warna hitam, tidak lagi si burung biru imut. 

Sapaan tweeps, akronim dari Twitter people-sebutan untuk pengguna setia Twitter, juga bakalan hilang dan entah ganti jadi apa. Namun sementara ini tweeps Indonesia masih menggunakan istilah ngetwit karena kalau nge-X kedengarannya wagu betul.

Meski begitu media asing ternama seperti Forbes, CNN, the Guardian, dan Huffington Post (sekarang HuffPost) sudah menulis X tiap kali mereferensikan berita dari Twitter. 

Elon merencanakan Twitter akan jadi aplikasi serba guna yang bisa melakukan live streaming video, podcast (siniar), mendengarkan musik, dan berbagi foto serta video seperti halnya WhatsApp dan WeChat, bahkan sebagai kelak X bisa digunakan sebagai alat pembayaran. Akselerasi Twitter jadi X dengan segala fitur barunya itu akan rampung dalam 3-5 tahun. Karena itulah Elon membentuk X Holdings Corp.

Valuasi Twitter

Meski muncul lebih dulu di tahun 2006, jumlah pengguna Twitter jauh lebih sedikit dibanding Instagram dan TikTok yang dibuat belakangan, dibuktikan dari catatan DemandSage. Lembaga Data dan Marketing itu mencatat ada 450 juta pengguna aktif Twitter di seluruh dunia pada 2023 berdasarkan hitungan monthly active users (MAUs). Sementara itu Instagram punya 2,5 miliar pengguna, TikTok 1,67 miliar, dan kakak tertua, Facebook, punya 2,99 miliar pengguna aktif bulanan.

Pada akhir April 2023 Twitter mencatat valuasi (nilai ekonomis sebuah perusahaan) sebesar $15 juta atau Rp230 miliar menurut laporan Fidelity’s Blue Chip Growth Fund seperti yang dikutip dari CNN News. Valuasi Twitter saat Elon merampungkan pembelian pada Oktober 2022 ada di angka $19 juta (Rp291 miliar).

Sebelum dibeli Elon valuasi terendah Twitter berada di angka $25 juta (sekitar Rp383 miliar) pada Juli 2022 dan tertinggi senilai $62 juta (sekitar Rp950 miliar) pada Juli 2020 dengan kurs Rp15.000 per satu dolar AS.

Awal merosotnya valuasi Twitter pertama kali karena manuver Elon yang menyebut akan membatalkan akuisisi karena menganggap Twitter memberikan perhitungan pengguna yang keliru. 

Direksi Twitter, seperti yang dimuat Fortune, menjawab, "Perhitungan didasarkan pada informasi pengguna pribadi yang tidak dibagikan perusahaan kepada orang lain. Twitter kemudian menuntut Elon ke pengadilan Delaware karena Elon tidak berhak untuk, "Mencemari dan mengganggu operasional perusahaan, menghancurkan nilai-nilai stakeholder, terus pergi gak jadi beli." 

Kapitalisme Ala Elon Musk

Melihat ke belakang sebelum membeli Twitter, ada kisah tentang Elon Musk dan Tesla yang bisa kita dengar di podcast berjudul Land of the Giants Episode 2: The Tesla Shock Wave yang diproduksi The Verge dan Vox Media. Elon diketahui mengambil alih Tesla dari pendiri aslinya Martin Eberhard and Marc Tarpenning. 

Elon awalnya jadi investor di Tesla. Dia kemudian menggunakan uang dan wewenangnya sebagai board chairman untuk memaksa Eberhard memecat banyak orang. Elon juga memaksa direksi melakukan banyak perubahan dan perbaikan pada desain mobil listrik Tesla. Tidak lama kemudian Eberhard dan Tarpenning tersingkir dan Elon menempatkan dirinya sebagai CEO Tesla.

Eberhard kemudian menggugat Elon antara lain karena pencemaran nama baik, pelanggaran kontrak, dan kegagalan membayar gajinya yang kesemuanya mengakibatkan penderitaan emosional. Walau keduanya telah mencapai kesepakatan, Eberhard menuduh Elon melanggar klausul non-penghinaan yang disepakati.

Elon juga disebut sebagai orang terkaya di dunia dan karenanya berani berulangkali melanggar kesepakatan yang telah dibuat. Eberhard juga bilang, "Dan kalau Elon memutuskan untuk menghancurkan saya dengan tuntutan hukum, saya tidak dapat bertahan.” 

Sebelumnya pada November 2022 Elon Musk pernah mencuit pembelaannya dan mengecam Eberhard tentang asal-usul perusahaan Tesla dengan mengatakan, "...Eberhard kaya dan dia bisa mempertaruhkan uangnya, tapi dia tidak mau."

Tangkapan layar akun Twitter Elon Musk @elonmusk
Tangkapan layar akun Twitter Elon Musk @elonmusk

Kapitalisme Twitter

Kapitalisme diartikan sebagai sistem dan paham ekonomi (perekonomian) yang modalnya (penanaman modalnya, kegiatan industrinya) bersumber pada modal pribadi atau modal perusahaan swasta dengan ciri persaingan dalam pasaran bebas.

Kita bisa melihat kapitalisme di Twitter dimulai dari diberlakukannya centang biru berbayar setelah Elon Musk membeli si burung biru seharga $44 juta (Rp674 miliar). 

Elon, melalui HuffPost, mengakui bahwa dia membayar kebanyakan untuk Twitter. Sebagai bagian dari kesepakatan Elon mendorong Twitter mengambil kredit senilai $13 miliar (Rp199 miliar) dengan bunga hampir $1 miliar (Rp15 miliar) per tahun.

Setelah membeli Twitter lebih mahal dari valuasinya maka wajar kalau pikiran awam kita lantas menduga kalau Elon tentu mau balik modal atau ada maksud terselubung dibalik pembelian fantastis itu. Kemudian tidak heran kalau dia memberlakukan centang biru berbayar bernama Twitter Blue yang sekarang ganti nama jadi X Premium.

Dulu setiap pengguna Twitter dapat mengajukan centang biru dengan mengajukannya via email. Kemudian aturan itu berubah dan Twitter memberikan centang biru hanya kepada orang-orang tertentu yang punya pengaruh di masyarakat dan influencer medsos.

Elon kemudian menghilangkan tanda centang biru dari semua pengguna Twitter yang tidak membayar biaya langganan Twitter Blue, tanpa memandang siapapun mereka. Meski begitu akun centang abu-abu milik presiden, raja/ratu, para menteri, organisasi pemerintah dan multilateral tetap diberi tanda verified dan tidak dipungut bayaran.

Dibawah komando Elon Musk kita yang bukan selebritas, politikus, pejabat pemerintah, atau tokoh populer bisa dapat tanda centang biru dengan membayar sejumlah biaya langganan.

Free Speech di X

Bila melihat biaya langganan X Premium yang besarnya Rp1.250.000 per tahun sulit bagi kita untuk tidak berpikir tentang balik modal Elon di X. Apalagi sebelum Elon datang Twitter merugi sampai $344 juta (sekitar Rp5,2 triliun) padahal Twitter sudah ada pemasukan dari cuitan berbayar (promote tweet) dan iklan. 

Apa ada orang yang mau beli rugi sebuah usaha kalau tidak punya niat dibaliknya? Apalagi Elon bukan pengusaha kaleng-kaleng yang mau keluar uang demi gengsi belaka. 

Lewat akun X-nya Elon kerap mendukung freedom of speech dan freedom of expression. Dia juga bilang dirinya membeli Twitter bukan untuk mencari keuntungan, melainkan melindungi kebebasan berpendapat. Sebelum merombak, Elon mengkritik banyaknya moderasi dan filter di Twitter yang diberlakukan sebelum seseorang mencuit. 

Ini salah satu hal yang membuat Elon berencana menghilangkan fitur Block di X sebagai bagian dari prinsip kebebasan bicara dan berpendapat. Elon menilai memblok akun seseorang bisa menghilangkan "pertempuran" berpendapat di ruang publik. The Verge kemudian melansir kalau tidak dihapus, fitur Block akan jadi fitur berbayar yang bisa dipakai hanya untuk akun yang membayar.

Padahal adanya fitur Block di X diperlukan supaya orang dapat memoderasi sendiri dan melindungi kebebasan berpendapatnya tanpa dicampuri akun lain yang tidak disukainya. Saya pun langsung memblock akun-akun pornografi setiap kali dapat direct message dari pengelola akun porno itu.

Jadi maksa banget kalau fitur Block dihapus dari X sementara platform medsos lain memberlakukan moderasi dan filter yang makin ketat untuk kenyamanan pengguna.

Sementara itu, niat Elon menjadikan X sebagai panggung kebebasan berpendapat juga diragukan banyak pihak, terutama ekonom negeri Paman Sam. Sebabnya Elon adalah pengusaha tulen. Walau Elon menyebut dirinya sebagai "free speech absolutist" pasca pembelian Twitter, banyak pihak menyangsikannya bila melihat rekam jejak Elon yang kerap membungkam kritik yang ditujukan kepadanya dan melakukan pembalasan terhadap bekas karyawannya sendiri.

Kemungkinan Elon akan memanfaatkan X untuk bisnisnya yang lain, entah dari data pengguna, untuk mempengaruhi regulasi usaha, atau mendorong opini tentang suatu kebijakan. Hal itu sangat mungkin terjadi sebab langkah yang dilakukan Elon Musk terhadap Twitter sejalan dengan prinsip kapitalisme yang selalu menuntut kebebasan individu, kepentingan pribadi, dan pasar bebas.

Kebebasan individu dalam kapitalisme adalah pengakuan hak bagi individu untuk berpikir bebas, berkarya, dan terlibat dalam kegiatan produksi supaya membawa kemajuan bagi kemakmuran dan standar hidup manusia. 

Jadi apa sebenarnya niat Elon Musk membeli Twitter berlipat-lipat lebih mahal dari valuasinya hanya dia dan Tuhan yang tahu. Benar karena ingin melindungi kebebasan berpendapat atau ada niat dan maksud lain yang berkaitan dengan kepentingan bisnisnya? Wallahualam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun