2. Band-band baru merilis album dan single lewat jalur indie sehingga promosi dan gimmick-nya terbatas. Hal sama juga terjadi di luar negeri setelah era Coldplay dkk merilis lagu lewar jalur indie sehingga kepopuleran mereka tidak semeledak band pendahulunya yang ditangani label besar.
Walau musik indie terbantu platform streaming yang membuat mereka punya fans fanatik, namun promosinya kurang menjangkau semua kalangan karena keterbatasan dana.
3. Kedatangan K-pop yang masif didalam gelombang Korea (korean wave/hallyu) yang juga membawa budaya dan kuliner Korea ke Indonesia.Â
4. Munculnya beragam kontes menyanyi pop dan dangdut yang tiap tahunnya mengorbitkan banyak penyanyi solo hasil ajang kontes tersebut.
Takayal siklus regenerasi band jadi tersendat dan terlambat. Para penikmat musik yang ingin mendengar lagu karya khas anak band akhirnya balik lagi ke Dewa, Padi, atau Sheila on 7.Â
Kaum perempuan juga jadi balik lagi menggilai Ariel Noah dan Andika Kangen Band (walau Andika sudah tidak di Kangen) karena tidak ada regenerasi idola band baru yang kharismanya seperti mereka.
Pentolan band Dewa Ahmad Dhani pernah bilang di kanal YouTube Gofar Hilman, ludesnya tiket Dewa di konser November 2022 karena band masa kini belum ada yang menyamai megah dan kerennya Dewa.Â
Pendapat itu tidak keliru walau kurang tepat juga. Band papan atas Indonesia yang megah dan keren sebelum Dewa ada Slank yang bayaran sekali manggungnya menyentuh angka Rp500 juta.Â
Album pertama Slank di tahun 1990 meledak di pasaran dengan lagunya yang paling populer berjudul Suit Suit He He Gadis Sexy.
Regenerasi Band Cadas
Untungnya regenerasi band populer di genre rock dan metal belum pernah putus sejak 1985-an bila dibandingkan dengan pop. Setelah Jamrud, Elpamas, Grass Rock, Voodoo, Andromedha, Protonema, Power Slaves, dan U'Camp, muncullah Kelompok Penerbang Roket di tahun 2011.Â
Sepuluh tahun berikut ada Black Horses yang naik dauh sejak 2021 walau mereka sebenarnya mulai berkarya beberapa tahun sebelumnya.Â