Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Pekerja sektor informal. Juru ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Nostalgia Mudik via Pantura yang Membagongkan

29 April 2023   20:04 Diperbarui: 30 April 2023   07:27 10437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pemudik yang akan memasuki jalan tol | foto: Kompas Images/KRISTIANTO PURNOMO

Sejak masuk ke Cikampek sampai Pekalongan sungguh kami tidak bisa jalan cepat karena pantura ternyata padat. Selain bus, jalanan juga didominasi mobil plat B. 

Penghentian kendaraan dari Jabodetabek yang akan masuk ke tol Cikampek untuk dialihkan keluar tol menuju pantura pada 25 April 2023 | Foto: dokpri 
Penghentian kendaraan dari Jabodetabek yang akan masuk ke tol Cikampek untuk dialihkan keluar tol menuju pantura pada 25 April 2023 | Foto: dokpri 

Entah mereka mau mudik atau liburan karena libur sekolah di Jabodetabek berlangsung sampai 1 Mei, masih ada waktu sepekan untuk berlibur.

Di Pekalongan kami mampir makan malam di KFC. Ternyata resto itu super penuh. Kami lihat parkiran lagi-lagi didominasi mobil plat B. Karena tidak kebagian meja, kami akhirnya memesan drive thru dan makan di mobil sambil melanjutkan perjalanan. Sampai di KFC waktu sudah menunjukkan pukul 20.13 WIB. Artinya sudah 13 jam kami di perjalanan sejak meninggalkan Cinere. 

Jalur pantura sudah tidak macet lagi setelah melewati Pekalongan | Foto: dokpri
Jalur pantura sudah tidak macet lagi setelah melewati Pekalongan | Foto: dokpri
Walau padat kendaraan seperti dulu, suasana di jalur pantura sudah jauh berbeda, setidaknya begitu menurut suami. Sebelum ada tol, pantura merupakan satu-satunya jalur mudik yang paling diminati melebihi jalur selatan.

Itulah yang jadi sebab ribuan orang yang melewati pantura merasakan kebersamaan yang berbalut kekeluargaan. Meski tidak saling kenal, mereka tidak sungkan bertegur sapa dan bercerita dengan akrab. Sekarang rasa seperti itu tidak ada lagi. Yang ada cuma saling berkompetisi di jalan untuk mengutamakan diri cepat sampai tujuan tanpa mengindahkan etika jalan raya.

Kami sampai di Muntilan pukul 02.00 dini hari yang artinya kami menempuh perjalanan dari Cinere selama 20 jam. 

Saya tidak lama menggantikan suami nyetir karena tidak tahan dengan banyaknya pemotor dan macet berkepanjangan. Jadi anak-anak dan suamilah yang paling kelelahan dalam perjalanan pulang mudik itu. Saya lebih banyak tidur, sedangkan anak-anak belum terbiasa melakukan perjalanan darat sampai 20 jam.

***

Walau lelah karena bermacet-macet ria, perjalanan mudik adalah bagian dari suka cita Idulfitri. Niat mudik karena ingin silaturahim dengan keluarga insyaallah menuai keberkahan dan jadi amal ibadah untuk kita, aamiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun