Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Pekerja sektor informal. Juru ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Hunger" dan Keyakinan Tiada Arti Sukses Bila Jauh dari Keluarga

10 April 2023   17:40 Diperbarui: 11 April 2023   15:35 1438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aoy bersama Chef Paul dalam "Hunger" | foto: Netflix via cultura.id

Ketika keberhasilan datang, ada kesuksesan yang mengejar lalu menciptakan kelaparan pada kasih sayang yang terlupakan.

Chef Spesialis Orang Kaya

Chef Paul sering disewa kalangan berkantung tebal untuk masak di pesta mereka. Selain karena reputasinya sebagai chef nomor satu Thailand, makanan yang dimasaknya juga cuma bisa dibeli oleh orang-orang kelas atas.

Hal itu sejalan dengan tujuan Chef Paul yang cuma ingin memasak untuk orang kaya. Makin mereka menikmati masakannya, orang-orang kaya itu akan makin lapar. Lapar pada makanan lezat buatannya.

Makanya di beberapa adegan kita akan melihat para orang kaya itu jorok saat menyantap makanan dengan rakusnya. Lelehan saus jatuh ke dagu dan bumbu yang belepotan di mulut.

Di awal cerita film Hunger kita akan menganggap Chef Paul sombong, angkuh, dan arogan karena cuma mau masakannya dimakan orang kaya. 

Namun di tengah cerita kita dihadapkan pada fakta bahwa Chef Paul amat peduli pada orang miskin. Kemudian di akhir cerita, kita akan kembali berpikir bahwa Chef Paul betul-betul orang yang tidak berperasaan.

Karakter Chef Paul dimainkan dengan sempurna oleh sutradara dan aktor negeri Gajah Putih Nopachai Chaiyanam.

Seperti lazimnya kehidupan orang yang mengejar karir, Chef Paul tidak berkeluarga. Dia mendedikasikan sepenuh hidupnya untuk tetap berada dalam kesuksesan.

Hal ini bertolak belakang dengan kehidupan Aoy, perempuan muda yang mengelola kedai mi milik keluarganya. Hubungan Aoy, diperankan oleh model dan aktris Chutimon Chuengcharoensukying, sangat dekat dengan ayah, adik, dan sepupunya.

Ibarat Keluarga Cemara, bagi Aoy keluarga adalah harta yang paling berharga.

Kedai sederhana itu selalu ramai dan Aoy hampir tidak pernah berhenti berkeringat. Memasak di depan kompor dengan api besar yang menguarkan aroma lezat mi, bihun, dan kwetiau.

Masakan Kampung Vs Makanan Sultan

Seperti di Indonesia, mi, bihun, kwetiau, dan nasi goreng gampang kita nikmati di mana saja karena banyak yang menjualnya. Saya sendiri paling suka nasi dan bihun goreng yang dimasak oleh penjual gerobak keliling atau yang kita kenal dengan mi dokdok atau mi tektek.

Mau bagaimana pun, makanan kampung tetap tidak tergantikan di lidah, begitu pun saat nasi goreng kampung bikinan Aoy harus bersaing dengan nasi goreng yang dimasak koki lulusan sekolah kuliner.

Chef Paul memilih nasi goreng kampung buatan Aoy. Itulah pertama kali Aoy dan Chef Paul bertemu sebelum kelak jadi saingan di dunia kuliner kelas atas.

Saat Aoy masih bekerja untuknya, Chef Paul menceritakan bagaimana dia melihat anak majikan ibunya sarapan roti yang dioles sesendok kaviar.

Harga sestoples kecil kaviar itu sama dengan gaji ibunya berbulan-bulan memeras keringat sebagai pekerja rumah tangga.

Dari situlah cita-cita Paul cilik sebagai chef terkenal spesialis makanan orang-orang kaya, dimulai.

Sementara itu Aoy tetap mengandalkan resep kwetiau warisan neneknya untuk memikat lidah orang-orang kaya. Chef Paul bahkan pernah juga merasakan kelezatan kwetiau itu setelah mencicipi nasi goreng kampung bikinan Aoy.

Adegan yang Akrab dengan Keseharian Orang Indonesia

Menonton film Hunger ini sekilas seperti menonton sinetron yang serba glamor pakai adegan pesta kaum tajir mulai pesta topeng sampai pesta bikini. 

Namun ada beberapa hal yang membuat Hunger terasa seperti film bikinan sineas tanah air.

1. Menyajikan fakta ketimpangan sosial

Menyajikan fakta ketimpangan sosial yang mana para pejabat pemerintahan dan petinggi polisi dan militer bergaya hidup mewah berbanding terbalik dengan orang miskin.

Orang miskin cukup makan dengan nasi atau mi dengan irisan daging babi.

Statista mencatat konsumsi daging babi di Thailand per kapitanya sebanyak 9,05 pada 2022. Artinya rata-rata orang Thailand makan daging babi sebanyak 9 kilogram per tahun.

Sementara itu orang kaya makan yang lebih mewah dari daging babi, seperti lobster, daging sapi wagyu A5, dan kaviar, tentu.

2. Adegan ojek Grab mengambil pesanan GrabFood di rumah makan

Tidak tersurat kalau itu Grab, tapi dilihat warna hijaunya dan menukil data dari Measurable AI, layanan Grab paling banyak dipakai oleh orang Thailand. GrabFood juga ada di urutan ketiga sebagai aplikasi yang wajib dimiliki orang yang tinggal di Bangkok.

3. Ada ibu-ibu berjilbab panjang

Ada ibu-ibu berjilbab panjang yang mukanya Indonesia banget, sedang menghidangkan makanan untuk Aoy dan Tone.

Agama mayoritas yang dianut oleh 95 persen penduduk Thailand adalah Buddha aliran Theravada. Sudah pasti pemandangan perempuan berkerudung sangat langka di sana. Melihat ada ibu-ibu berjilbab di satu adegan rasanya surprise buat saya.

Sempat-sempatnya sutradara Sitisiri Mongkolsiri menyisipkan bikin adegan itu.

4. Makan gak makan yang penting kumpul

Nilai kekeluargaan yang penting ngumpul walau makan sederhana dan tidak mewah, juga jadi nilai di keluarga Aoy.

Sepupu Aoy bahkan mempertanyakan buat apa Aoy jadi chef terkenal dan sukses kalau kesepian jauh dari keluarga.

Inilah yang membuat Aoy dilema. Akankah dia kesepian dan sendirian seperti Chef Paul, tapi dikelilingi orang-orang yang menggilai makanannya. Ataukah yang dipilih Aoy hidup penuh kehangatan dan kembali memasak di kedai mi keluarganya.

Chef Paul bilang, "Orang miskin makan untuk bertahan hidup, orang kaya makan untuk meneguhkan status sosial."

Aoy memilih memasak dan makan dengan bahagia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun