Ibu tetap menyisihkan separuh nasi padang itu ke piring beserta ayam bakarnya, kemudian Ibu membuat es teh untukku.
Bapak pasti lagi dapat banyak order. Beli nasi padangnya saja sampai tiga bungkus. Lauknya pun ayam ditambah bakwan udang.
Aku menjejalkan gundukan besar nasi dengan sambal hijau dan potongan kecil ayam ke mulut. Masya Allah, lezat! Tanpa ayam pun nasi dan kuah gulainya sudah sangat lezat dimakan. Aku mengunyah pelan-pelan supaya rasa lezat itu bertahan sampai lama.
Kumandang Ashar bergema bertepatan dengan Bang Bagas pulang dengan wajah lesu. Dia mengucapkan salam dan mengganti baju seragamnya.
"Pak, uang praktikum harus dibayar paling lambat besok," lapor Bagas pada Bapak.
Bang Bagas pernah bekerja sebagai tukang cuci mobil di bengkel, tapi oleh Bapak disuruh berhenti. Kata Bapak supaya Bang Bagas konsentrasi ke sekolah dan dapat nilai bagus.
Bang Bagas memang pintar. Nilai-nilainya selalu tinggi dan dia pernah dapat juara pertama lomba membuat video dokumentar pendek antar-SMK.
"Makan dulu, Bang. Ini lezat sekali," kataku pada Bang Bagas.
Bang Bagas tidak tertarik dengan makanan yang jarang dimakannya ini. Wajahnya masih lesu menunggu jawaban Bapak yang dia yakin akan dapat jawaban, "Nanti, ya, uang Bapak belum cukup."
Bapak duduk menggelosor di lantai sambil menikmati es teh yang disiapkan Ibu.
"Berapa uang praktikumnya?" tanya Bapak.