"Assalamualaikum!" Bapak pulang dan langsung menaruh kresek hitam yang nampak berat ke lantai dekat televisi.
"Walaikumsalam," jawab Ibuku dari dapur kecil kami yang berdempetan dengan kamar mandi.
Kami berbagi kamar mandi dengan tetangga. Kalau sedang di kamar mandi, kami harus mengunci pintu sisi satunya yang mengarah ke rumah tetangga. Bang Bagas pernah lupa mengunci pintu sisi satunya saat sedang mandi. Tiba-tiba Pak Karyo tetangga sebelah masuk dan langsung disiram air oleh abangku yang kaget kedatangan tamu tidak diundang.Â
Ibuku lalu duduk dan membuka kresek hitam itu. Wajahnya langsung berseri. "Nasi rames, Pak?" tanya ibu pada bapak. Bapak menyahut dengan mengatakan kalau itu nasi padang.
Aku langsung tegak dari rebahanku dan mengempaskan catatan Matematika begitu mendengar kata nasi padang. Kuhampiri Ibu dengan maksud melihat isi bungkusan itu.
"Ada tiga bungkus, nih buat kamu," Ibu menyorongkan bungkusan yang bernoda minyak kepadaku.
"Satu bungkus?" aku memegang bungkusan berminyak itu dengan rasa tidak yakin Ibu memberi sebungkus untukku sendiri.
"Iya, Bapak belikan masing-masing sebungkus untuk kamu, Bagas, dan Ibu," celetuk Bapak mendahului Ibu.
Ibu segera mengambil piring, tapi dicegah oleh Bapak. "Aku sudah makan, yang sebungkus itu buatmu sendiri."
"Ini banyak, lho, Pak, malah bisa buat makan bertiga," ujar Ibu.
Bapak menggeleng sambil tersenyum, "Buatmu semua, aku sudah kenyang."