Selain diambil dari kata padepokan, ada versi lain mengenai asal mula nama Depok.Â
Pada laman Radar Depok disebutkan bahwa Depok berasal dari bahasa Belanda, yaitu De Eerste Protestantse Organisatie van Kristenen atau organisasi Kristen yang Pertama.
Versi lain menyebut bahwa Depok merupakan akronim urban dari Daerah Pemukiman Orang Kota.
Sampai tahun 1980-an keturunan Belanda berwajah bule dan keturunan budak Chastelein yang telah dimerdekakan masih banyak ditemukan di Depok sebelum hilang digantikan oleh orang Betawi.
Betawi di Jakarta Kini
Sebelum tahun 2010, beberapa wilayah di Jakarta yang masih punya kampung Betawi kerap menggelar tanjidor yang mengiringi arak-arakan ondel-ondel, juga pertunjukan gambang kromong.
Sekarang hampir tidak ditemukan kecuali di pusat budaya Betawi di Condet (Kramat Jati, Jaktim) dan Setu Babakan (Jagakarsa, Jaksel).Â
Jika ditemukan ondel-ondel di Jakarta, itu cuma buat ngamen, bukan arak-arakan untuk kebudayaan.
Untung saja pelawak Mandra di Cibubur (Jaktim) punya organisasi Pangsi yang bertujuan melestarikan seni budaya Betawi, salah satunya lenong. Jadi, generasi Citayam Fashion Week yang berbuyut orang Betawi tidak bakalan kehilangan jati diri mereka.
Orang Betawi masih ada yang bermukim di Jakarta, tetapi sudah peranakan dengan suku lain, seperti Jawa-Betawi, Betawi-Sunda, atau orang suku lain yang dianggap Betawi hanya karena bicaranya kebetawi-betawian.
***
Dari Belanda Depok dan bule Depok, orang-orang Betawi mengambil alih kota belimbing itu dan menjadikan Depok kini identik dengan Betawi.