Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Pekerja sektor informal. Juru ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Sayap-sayap Patah" dan "Broken Wings", Bagaimana Menentukan Plagiarisme Film?

25 Agustus 2022   15:14 Diperbarui: 25 Agustus 2022   15:16 1974
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah artikel yang terbit online dianggap memplagiat (menjiplak) bila kontennya memuat lebih dari 25% salin-tempel dari artikel lain yang lebih dulu tayang.

Pernah ada Kompasianer yang menyarankan saya melakukan mirroring. Dalam bahasa dia, mirroring berarti memindahkan artikel di Kompasiana ke blog pribadi. Jadi tidak perlu repot-repot menulis topik baru untuk blog pribadi ataupun Kompasiana.

Mirroring seperti itu, terutama oleh Google, tetap dianggap plagiat walau yang menulis orangnya itu-itu aja alias satu orang. Hal itu merugikan si narablog (blogger) karena blog plagiat tidak akan muncul dalam mesin pencari, pun takbisa dimonetisasi.

Kalaupun dia memindahkan artikel blognya ke Kompasiana, dia juga akan kena semprit pengelola karena jelas-jelas melanggar syarat 25% batas maksimal sebuah konten boleh melakukan salin-tempel. Kecuali, mungkin, artikel fiksi yang dibawahnya ada catatan kaki seperti, "Telah dimuat di situs bla bla."

Lalu, bagaimana dengan film? Apakah kesamaan sinopsis dan judul sudah bisa dianggap plagiat seperti halnya film Sayap-sayap Patah dengan Broken Wings yang sedang ramai dibicarakan netizen tersebut?

Panas Pendukung Dibalik Sayap-sayap Patah

Film Sayap-sayap Patah dibintangi aktor, sutradara, dan penulis skenario peraih penghargaan, yaitu Nicholas Saputra, Rudi Soedjarwo, dan Monti Tiwa. Hal itu dapat jadi tanda bahwa Sayap-sayap Payah bukan film kaleng-kaleng yang mengejar sensasi tanpa esensi.

Namun, ada nama Denny Siregar yang jadi produsernya. Denny adalah motor utama geng pendukung Jokowi dan paling dimusuhi geng oposisi garis keras dan ekstremis-radikalis Islam. 

Karena itulah, sebelum film ini tayang pada 18 Agustus 2022, kedua kubu sudah sama-sama panas perang kata di media sosial.

Geng oposisi garis keras menyebut Sayap-sayap Patah adalah film propaganda karena produsernya dianggap mewakili pemerintah. Mereka taksabar menunggu film itu tayang untuk menyerang dari sisi mana Sayap-sayap Patah bisa dilumpuhkan, Syukur-syukur film "Islamophobia" itu tidak ada penontonnya.

Sementara itu, geng pendukung Jokowi garis Denny Siregar menganggap Sayap-sayap Patah adalah pengingat terorisme itu nyata dan tidak boleh diabaikan. Mereka sama tidak sabarnya menunggu Sayap-sayap Patah tayang karena merasa punya film yang menyuarakan kegetiran mereka terhadap ekstremis-radikalis.

Ferdy Sambo dan 12 Kisah Glen Anggara

Banyak yang bilang kalau momen penayangan Sayap-sayap Patah tidak pas karena beredar saat kasus Ferdy Sambo mencuat. Kepercayaan masyarakat terhadap kepolisian turun drastis karena kemewahan, kekuasaan, dan perlakuan istimewa petinggi kepolisian.

Orang sudah kesal dengan polisi dan tidak bakalan mau menonton film tentang polisi, walaupun diangkat dari kisah nyata. Itu sebab banyak dugaan film ini tidak akan laku.

Nyatanya, jumlah penonton Sayap-sayap Patah jauh melampaui 12 Kisah Glen Anggara, film Indonesia yang tayang bersamaan di bioskop. Pada hari keempat penayangan, jumlah penonton Sayap-sayap Patah ada 196.957 orang berbanding dengan 94.434 orang penonton 12 Kisah Glen Anggara di periode yang sama.

Padahal di hari pertama, jumlah penonton 12 Kisah Glen Anggara jauh diatas Sayap-sayap Patah. Melonjaknya jumlah penonton Ini dimungkinkan karena pendukung Jokowi geng Denny Siregar, yang dibantu silent majority, datang ke bioskop untuk mematikan isu plagiat yang ditancapkan geng oposisi.

Yang termasuk silent majority terdiri dari mereka yang dahinya sering distempel kafir dan perbuatannya selalu dicap haram oleh geng oposisi garis keras.

Aksi silent majority itu patut diduga membuat jumlah penonton film yang juga dibintangi Ariel Tatum ini pada Kamis (25/8), menyentuh angka 500.000 penonton.

Sementara itu, geng oposisi garis keras masih yakin bahwa Sayap-sayap Patah menjiplak film India berjudul Broken Wings. Alur cerita dan kisah dibaliknya sama, yang beda cuma pemain dan setting lokasi. Keyakinan itu begitu tebal karena orang pertama yang menyatakan Sayap-sayap Patah mencontek Broken Wings adalah seorang dosen IPB.

Bagaimana Menentukan Plagiarisme Sebuah Film?

Caranya ada tiga. Pertama kita baca skenario film yang memplagiat dan yang diplagiat sampai tuntas. Dari membaca skenario kita bisa tahu apakah ada karakter tokoh, adegan, jalan cerita, dan setting lokasi yang sama dengan film yang kita yakini diplagiat atau tidak.

Kalau ada satu atau dua kesamaan bukan berarti film itu mencontek film yang lain. Inspirasi bisa datang dari sesama produser, sutradara, atau penulis skenario, tapi tidak serta-merta mereka disebut saling mencontek karena tidak bakalan ada seniman sejati yang mau membuat film plagiat.

Cara kedua, pada kesempatan berbeda, kita tonton kedua film yang dianggap mencontek dan yang dicontek itu dari awal sampai akhir. Perhatikan apakah ada dalam kedua film yang punya kesamaan banget-banget sehingga kalau kita menontonnya seperti melihat dejavu?

Kalau aktor, penata musik, penulis skenario, atau sutradaranya yang sama tidak bisa dibilang plagiat, karena mereka cari duitnya memang dari film. 

Ketiga, banyak menonton film dari berbagai negara. Ini dilakukan supaya wawasan dan khasanah perfilman kita tambah kaya. Sesekali orang yang tidak suka nonton horor perlu juga nonton film horor supaya dia mengenal macam-macam genre dan mengasah kepekaannya dalam menikmati seni film.

Kalau ketiga cara diatas tidak kita lakukan, lalu darimana bisa menentukan sebuah film memplagiat film yang lain atau tidak?

Kan, bisa dari sinopsisnya. Sinopsis tidak bisa dijadikan patokan karena hanya berupa garis besar atau inti cerita. Plot dalam film bisa jauh berbeda dari yang kita bayangkan dalam sinopsis. Pun adegan-adegannya bisa saja tidak seperti yang kita duga.

Apalagi kesamaan judul, amat sangat tidak bisa dijadikan patokan sebuah film melakukan plagiat. Di situs IMDb (internet movie database) ada 31 film berjudul Broken Wings, termasuk serial dan film pendek. Lantas, apakah film-film itu saling mencontek satu sama lain?

Ibarat pepatah, rambut sama hitam, hati masing-masing. Pada film, judul boleh sama, tapi jalan ceritanya bisa berbeda.

Plagiarisme Cocoklogi

Saya katakan cocoklogi karena plagiarismenya amat terlihat dicocok-cocokkan hanya karena bahasa Inggris broken wings bila diindonesiakan berarti sayap-sayap patah.

1. Diangkat dari Kisah Nyata

Film Broken Wings adalah film India tentang kisah cinta ala Romeo dan Juliet di tengah kejadian nyata pertikaian politik tahun 1986-1991 yang digerakkan oleh Subshash Ghisingh yang menuntut supaya Darjeeling jadi negara bagian tersendiri.

Fokus utama cerita ada pada tokoh Endo dan Priya yang kisah cintanya terhalang status sosial dan perbedaan politik keluarga.

Sementara itu, Sayap-sayap Patah berlatar kisah nyata kerusuhan di Markas Komando Brimob di Kepala Dua, Depok, Jabar yang terjadi pada 2018 yang mana napi terorisme menyandera sembilan anggota Densus 88 selama 36 jam. 

Walau tokoh utamanya sama-sama pasangan lelaki-perempuan, pada Broken Wings cinta mereka tidak mulus karena pertentangan politik. Di Sayap-sayap Patah laki-laki dan perempuan itu sudah berumah tangga yang artinya tidak ada pertentangan terhadap cinta mereka.

Melihat hal tersebut, apakah benar ada kesamaan, walau sekadar sinopsis, antara Broken Wings dengan Sayap-sayap Patah? 

2. Tanggal Penayangan

Sayap-sayap Patah tayang pada 18 Agustus 2022, sedangkan Broken Wings tayang pada 26 Agustus 2022. Darimana orang bisa menyimpulkan film yang tayang duluan memplagiat film lain yang tayang belakangan?

Walau rencana tayang Broken Wings mengalami pemunduran dari jadwal semula 29 April 2022, secara de jure jadwal tayangnya tetaplah 26 Agustus 2022, seminggu belakangan daripada Sayap-sayap Patah.

3. Beda Negara

Sayap-sayap Patah belum tentu tayang di India dan Broken Wings belum tentu tayang di Indonesia, ini karena keduanya diproduksi oleh produser beda negara dan tidak saling terkait. 

Bila ada orang yang mengaku menonton Broken Wings patut diyakini kalau dia menonton film bajakan sebab film yang sedang (atau belum) tayang di bioskop seluruh dunia belum akan hadir di platform film seperti Netflix, HBO Go, KlikFilm, atau Disney+ Hotstar. 

Menonton film bajakan termasuk perbuatan melawan hukum karena secara langsung mendukung pembajakan itu sendiri. 

Secara umum, mengunduh, menonton, serta mengunggah film bajakan bisa masuk dalam kategori pencurian. Film merupakan karya cipta yang haknya dilindungi oleh negara berdasarkan UU Nomor 33 tahun 2009 yang menggantikan UU Nomor 8 Tahun 1992 tentang Perfilman.

Selain melanggar UU Perfilman, menonton film bajakan juga melanggar UU No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta. 

Jadi darimana orang bisa membandingkan kedua film kalau salah satu film yang diperbandingkan belum bisa ditonton di negara ini?

***

Beginilah kalau urusan politik dibawa-bawa ke ranah seni. Film yang sejatinya bisa dinikmati semua orang karena akting pemainnya, alur ceritanya, atau kemampuan meramu sutradaranya jadi bias hanya karena ditarik-tarik oleh kepentingan politik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun