Orang sudah kesal dengan polisi dan tidak bakalan mau menonton film tentang polisi, walaupun diangkat dari kisah nyata. Itu sebab banyak dugaan film ini tidak akan laku.
Nyatanya, jumlah penonton Sayap-sayap Patah jauh melampaui 12 Kisah Glen Anggara, film Indonesia yang tayang bersamaan di bioskop. Pada hari keempat penayangan, jumlah penonton Sayap-sayap Patah ada 196.957 orang berbanding dengan 94.434 orang penonton 12 Kisah Glen Anggara di periode yang sama.
Padahal di hari pertama, jumlah penonton 12 Kisah Glen Anggara jauh diatas Sayap-sayap Patah. Melonjaknya jumlah penonton Ini dimungkinkan karena pendukung Jokowi geng Denny Siregar, yang dibantu silent majority, datang ke bioskop untuk mematikan isu plagiat yang ditancapkan geng oposisi.
Yang termasuk silent majority terdiri dari mereka yang dahinya sering distempel kafir dan perbuatannya selalu dicap haram oleh geng oposisi garis keras.
Aksi silent majority itu patut diduga membuat jumlah penonton film yang juga dibintangi Ariel Tatum ini pada Kamis (25/8), menyentuh angka 500.000 penonton.
Sementara itu, geng oposisi garis keras masih yakin bahwa Sayap-sayap Patah menjiplak film India berjudul Broken Wings. Alur cerita dan kisah dibaliknya sama, yang beda cuma pemain dan setting lokasi. Keyakinan itu begitu tebal karena orang pertama yang menyatakan Sayap-sayap Patah mencontek Broken Wings adalah seorang dosen IPB.
Bagaimana Menentukan Plagiarisme Sebuah Film?
Caranya ada tiga. Pertama kita baca skenario film yang memplagiat dan yang diplagiat sampai tuntas. Dari membaca skenario kita bisa tahu apakah ada karakter tokoh, adegan, jalan cerita, dan setting lokasi yang sama dengan film yang kita yakini diplagiat atau tidak.
Kalau ada satu atau dua kesamaan bukan berarti film itu mencontek film yang lain. Inspirasi bisa datang dari sesama produser, sutradara, atau penulis skenario, tapi tidak serta-merta mereka disebut saling mencontek karena tidak bakalan ada seniman sejati yang mau membuat film plagiat.
Cara kedua, pada kesempatan berbeda, kita tonton kedua film yang dianggap mencontek dan yang dicontek itu dari awal sampai akhir. Perhatikan apakah ada dalam kedua film yang punya kesamaan banget-banget sehingga kalau kita menontonnya seperti melihat dejavu?
Kalau aktor, penata musik, penulis skenario, atau sutradaranya yang sama tidak bisa dibilang plagiat, karena mereka cari duitnya memang dari film.Â
Ketiga, banyak menonton film dari berbagai negara. Ini dilakukan supaya wawasan dan khasanah perfilman kita tambah kaya. Sesekali orang yang tidak suka nonton horor perlu juga nonton film horor supaya dia mengenal macam-macam genre dan mengasah kepekaannya dalam menikmati seni film.