Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Juru ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022. Istri peternak dan ibu dua anak.

Selanjutnya

Tutup

Metaverse Artikel Utama

Sistem Franchise di Turnamen E-Sports dan Pro Kontra Mahal tapi Ideal

24 September 2021   14:32 Diperbarui: 25 September 2021   01:30 2420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Venue MPL musim ke-6 yang berlangsung 14 Agustus--4 Oktober 2021. Foto: esports.id/emak_moba

Di sistem franchise tidak ada promosi dan degradasi seperti di sistem kualifikasi terbuka. Seburuk apapun performa sebuah tim, mereka tidak akan terdepak keluar dari turnamen. 

Dengan adanya jaminan tim tetap berada di liga tanpa degradasi, maka pemain tetap digaji meski mereka bermain jelek di satu turnamen.

Namun, saya lihat Riot Games dan Blizzard telah mendepak dua tim yang selalu berada di urutan dua terbawah selama tiga musim berturut-turut.

Penyelenggara juga dapat jaminan tidak ada tim yang mendadak keluar dari turnamen. Tim yang keluar dapat mengakibatkan penyelenggara melakukan wanprestasi terhadap sponsor turnamen dan kelangsungan tanding dengan tim lain.

Dari sisi penonton, franchise league dapat menjadi jaminan bahwa yang mereka tonton adalah turnamen bagus dan seru. Terlalu banyak turnamen esports akan membuat penonton jenuh.

Kelemahan

Franchise membuat pemain amatir yang ingin masuk ke pro menjadi sulit karena kurangnya persaingan antarpemain pro didalam liga utama. Main bagus atau biasa-biasa saja, para pemain pro tetap berada di tim selama tim itu terikat dalam periode franchise.

Di sistem kualifikasi terbuka, pemain profesional di liga yang performanya jelek dapat ditendang dan digantikan pemain lain, bahkan oleh pemain amatir yang baru direkrut oleh tim.

Sistem franchise juga membuat tim besar menjadi lebih besar dan tim kecil makin menghilang karena mereka tidak sanggup membayar fee. Padahal banyak pemain berbakat lahir dari tim kecil. 

Saints Indo, tim Mobile Legends legendaris Indonesia yang telah melahirkan banyak pemain top, diantaranya Jess No Limit, Oura, Warpath, dan Hinelle telah bubar tahun ini. Tidak jelas apa alasan dibalik bubarnya Saints Indo.

Saya menduga karena kasta tertinggi Mobile Legends, yaitu MPL telah menjadi franchise league yang tidak mampu dimasuki Saints Indo. Alasan lain karena banyak pemain mereka telah direkrut atau menyeberang ke tim MPL seperti EVOS, RRQ, atau Onic.

Turnamen nonfranchise

Karena kelemahan dan kapitalisme dari franchise league itulah maka tidak semua turnamen esports cocok menggunakan sistem franchise.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Metaverse Selengkapnya
Lihat Metaverse Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun