Cara lain yang digunakan pihak ketiga adalah dengan memakai banyak gawai dan akun Premium seolah-olah lagu itu didengar banyak akun Premium.
Pasti ada cara lain yang lebih canggih digunakan untuk memanipulasi charts, tapi karena hal itu melanggar hukum, tidak ada yang mengutarakannya terang-terangan.
Dugaan digital payola mampir juga ke Spotify. The Guardian menulis, Spotify punya fitur Discovery Mode untuk musisi yang ingin mempromosikan lagunya dengan cara memangkas royalti mereka.
Jadi, musisi yang ingin musiknya dipromosikan akan dapat lebih sedikit royalti dari Spotify karena sebagian royalti itu sudah dipotong untuk biaya promosi.
Entah apakah Spotify memberlakukan fitur serupa di Indonesia.Â
Di Indonesia praktik payola sangat mungkin juga terjadi mengingat pernah santer kabar burung dimana Muzdalifah dan Nassar (penyanyi dangdut) waktu menikah dulu pernah membayar media infotainment sampai milyaran untuk mendapat publikasi.
Lha, kabar burung kok dipercaya?! Sstt, saya dengar langsung dari teman yang kerja di rumah produksi dan media infotainment.
Kenapa label, manajemen, atau penyanyi pengen banget lagunya nangkring di tangga lagu teratas?Â
Analoginya bisa dimirip-miripkan dengan Kompasiana. Kompasianer yang nangkring di daftar Terpopuler dan Nilai Tertinggi akan berpeluang dapat views lebih besar karena artikelnya mudah ditemukan sejak pertama kita membuka kompasiana.com.Â
Jumlah keterbacaan, dalam hal ini unique view, juga bakal lebih tinggi dibanding artikel Kompasianer yang tidak nangkring di daftar itu. Unique view tinggi berarti K-Rewardnya gede juga, kan? Lumayan buat beli kuota atau jajan bakso mercon.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H