Kita tahu penggunaan gawai untuk interaksi dan belajar dapat menimbulkan kelelahan.
Itu hal kedua yang membuat PJJ bikin stres dan homeschooling tidak. Lingkup belajar PJJ seolah dibatasi hanya dari gawai, sementara anak homeschool sudah biasa belajar dari dan kemana-mana.
3. Kurikulum
Sekolah formal menggunakan kurikulum 2013 yang mengacu pada kearifan lokal suatu daerah dimana sekolah itu berada.
Homeschooling tidak punya kurikulum wajib. Anak dan orang tua bebas memilih kurikulum mana yang sesuai untuk mereka. Boleh juga mencampur kurikulum nasional dengan luar negeri.
Yang penting saat ujian kesetaraan dan Ujian Nasional (sekarang Asesmen Nasional/AN) para homeschool bisa menjawab soal-soal dari negara seperti anak sekolah formal.
Ini hal ketiga yang membuat PJJ amat membuat stres karena materi yang diberikan guru terbatas sementara kaki murid dan orang tua untuk mengeksplor materi lain terkekang.Â
Sekolah dan guru menginginkan jawaban yang sesuai buku teks dan modul agar tsrget kurikulum tercapai dan mudah mengisi nilai di rapor. Jadinya anak sudah lelah untuk mengeksplor ilmu selain yang diajarkan di sekolah.
Sementara anak homeschool lebih merasakan kemerdekaan belajar sehingga stres mereka tidak sebesar anak yang mengikuti PJJ dari sekolah formal.
Anak-anak homeschool sering menyelesaikan kurikulum lebih cepat dari sekolah formal karena fleksibilitas waktu yang mereka miliki.
4. Suasana batin di rumah
Orang tua dari anak homeschooling biasanya sudah menciptakan suasana batin berupa rumahku-sekolahku-tempat belajarku. Sedangkan bagi orang tua dan anak sekolah formal, rumah adalah tempat istirahat, berkumpul, dan bersantai.
Maka itu, ketika sekolah tutup dan harus melakukan PJJ dalam waktu lama (dua tahun ajaran) mereka tetap tidak bisa menciptakan suasana rumah sebagai tempat belajar. Bagi mereka sekolahlah tempat belajar paling ideal.