Film lain bergenre sejarah dan perjuangan yang saya soroti adalah Kartini. Film ini mestinya bisa membuat khalayak mengerti bahwa RA Kartini dijadikan pahlawan nasional bukan karena mentang-mentang dia orang Jawa dan ningrat, tapi pemikiran dan usaha dia memberi pendidikan bagi perempuan Jawalah yang menjadikannya pahlawan nasional.
Mungkin juga mestinya kisah tentang RA Kartini tidak diberi judul Kartini supaya orang tidak ilfeel (ilang feeling/tidak minat) duluan. Film Kartini ditonton oleh 323.686 orang di bioskop dalam 6 hari masa penayangannya.
Walaupun sepi penonton, film sejarah, perjuangan bangsa, atau yang menceritakan biografi pahlawan Indonesia tetap harus dibuat. Selain ada penggemarnya, film bisa jadi bentuk dokumentasi selain yang sudah ada (foto, laporan, dan gambar).
Demi menarik minat penonton, bisa saja dibuat dari sudut kisah yang berbeda yang lebih kekinian, bukan yang seperti memindahkan buku teks sekolah ke layar perak.Â
Laskar Pemimpi bisa jadi satu-satunya film genre perjuangan yang dikemas dalam bentuk komedi. Dibintangi oleh grup parodi Project Pop, Laskar Pemimpi menceritakan tentang anggota pasukan gerilya di masa agresi militer Belanda II 1948, yang bertingkah sembrono. Walau penuh gelak tawa dan nyanyian, kita tetap dapat merasakan patriotisme yang menggelora ketika menontonnya.
Selain dikemas dalam bentuk berbeda, film genre sejarah dan perjuangan bisa juga dipromosikan gede-gedean ala film blockbuster, atau dengan gimmick. Pastilah produser yang lebih tahu, dengan mempertimbangkan banyak hal, bukan saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H