Sama seperti adik lelaki saya yang mana adik perempuan kami meninggal di mobilnya saat menuju IGD, saya sendiri jadi saksi atas kematian adik ipar saya. Adik ipar meninggal pada 18 April 2021 di pangkuan saya saat saya dan suami dalam perjalanan ke IGD.
Peristiwa itu, Alhamdulillah tidak sampai memicu trauma, karena adik ipar saya sakit kanker stadium lanjut. Kami sudah ada firasat melihat kondisinya yang makin hari makin buruk.
Kehilangan orang yang kita sayangi mau tidak mau membuat hidup kita berubah. Perubahan ini belum tentu bisa diterima oleh orang yang ditinggal mati.
Itu juga salah satu yang memicu terjadinya gangguan kecemasan.
Orang dengan gangguan kecemasan (anxiety disorder) bila dibiarkan dia akan mengidap gangguan stres pascatrauma, yang merupakan masalah mental yang lebih berat.
Dalam keadaan emosional yang tinggi, seseorang bisa kuatir dan ketakutan sampai rasa takut dan kuatir itu berlebihan dan tidak masuk akal.
Idealnya datang atau berkonsultasi ke psikolog adalah jalan mengatasi anxiety disorder sebelum jadi PTSD, tapi tidak semua orang punya uang atau kenal yang namanya psikolog.
Hal yang dapat kita lakukan untuk membantu seseorang yang berduka agar tidak mengalami gangguan kecemasan adalah membuatnya selalu tenang, dengan cara:
1. Telepon orang yang tengah berduka seminggu setelah pemakaman. Jika memungkinkan, datangi rumahnya dan tanyakan keadaannya. Tawarkan bantuan kepadanya dalam bentuk apapun.
Jika dia punya anak kecil atau keponakan yang tinggal serumah, bawakan mainan atau makanan untuk si anak.
Pada waktu inilah rasa kehilangan lebih terasa karena di hari-hari sebelumnya mereka masih sibuk menerima pelayat (jika tidak dalam kondisi pandemi) dan belum terlalu merasa kehilangan.