Lagi pula, kalau harga sayur-mayur di pasaran sedang tinggi, tidak serta-merta petani untung besar. Mayoritas petani tidak menjual langsung sayurnya ke pasar, tapi lewat pengepul. Pengepul memberi harga belakangan ke petani, dengan alasan menunggu harga pasar.
Keesokan harinya baru pengepul membayar sayuran petani. Ada pengepul yang ambil untung banyak, sedang, ada juga yang ambil untung sedikit saja.Â
Jadi distribusi yang panjang adalah salah satu hal yang membuat petani jarang menikmati mahalnya harga komoditi yang mereka tanam.
Punya mata pencaharian sebagai petani bukannya tak bisa kaya, kalau punya lahan luas berhektar-hektar. Namun kalau hanya punya sepetak dua petak sulit mengharapkan untung berlimpah. Apalagi banyak petani yang hanya jadi penggarap. Menyewa tanah orang lain atau menggarap tanah dengan sistem bagi hasil.Â
Kalau petani diminta untuk memodernisasi cara mereka bertani, tidak semua bisa, tergantung geografi tanah dan pola pikir petani itu sendiri. Ada lahan padi yang bisa dipanen otomatis menggunakan mesin, ada juga lahan yang harus dipetik manual terutama di perbukitan.
Pencurian komoditas pertanian sering dialami petani di kecamatan tempat saya tinggal, tergantung komoditi apa yang sedang mahal di pasaran. Suami saya juga pernah dua kali kemalingan. Pertama saat menanam melon, kedua waktu menanam semangka.
Para pencuri itu bukan kelas teri yang hanya mengambil belasan kilo. Dugaan kami mereka pakai mobil bak untuk menggasak habis sawah orang.
Apakah petani yang kerampokan itu lapor ke polisi? Tidak. Percuma, komoditas yang dicuri tidak bakal balik. Di kantor polisi pun paling hanya dicatat terus disuruh pulang, begitu kata mereka.
Meski sering mengalami kesulitan, para petani Indonesia tetap "istiqomah". Mereka menanam, merawat, dan memanen, tidak peduli harga sedang murah atau mahal. Selain untuk menafkahi keluarga, apa yang ditanam petani, langsung atau tidak, juga memberi makan banyak masyarakat Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H