Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Pekerja sektor informal. Juru ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Fakta dan Legenda Suku Perempuan Amazon Tempat Asal Si Wonder Woman

3 Januari 2021   16:46 Diperbarui: 6 Januari 2021   20:55 2987
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Replika foto yang dibuat tahun 1882 menggambarkan Penthesilea sedang menombak macan. Foto: nationalgeographic.com

Namanya sama-sama Amazon, tetapi suku perempuan petarung ini bukan berasal dari hutan hujan Amazon di Brasil. Pun tidak ada sangkut-pautnya dengan lokapasar Amazon.com milik Jeff Bezos.

Berdasarkan buku Histories yang ditulis sejarawan Yunani kuno Herodotus, suku Amazon berasal dari Lycia yang beribukota di Themiscyra, sebuah kota berbenteng di tepi sungai Thermodon dekat Laut Hitam (sekarang Turki bagian utara).

Para perempuan Amazon datang ke Crimea (sekarang bagian dari wilayah Ukraina setelah rebutan dengan Rusia) karena kalah bertarung melawan orang-orang Yunani yang datang ke sungai Thermodon. Mereka ditangkap dan dibawa ke kapal.

Bukan perempuan Amazon namanya kalau tidak bisa melawan. Mereka berhasil lolos dari kerangkeng dan menghabisi semua awak kapal. 

Sayang, karena mereka adalah suku penunggang kuda, mereka tidak tahu cara mengemudikan kapal sehingga angin layar membawa mereka ke Crimea.

Di Crimea mereka bertemu orang-orang Scythia (Iran kuno) dan menjalin aliansi terutama untuk melanjutkan keturunan bagi suku Amazon. Suku Scythia juga penunggang kuda dan hidup nomaden, sama seperti Amazon.

Bayi laki-laki yang lahir dari perempuan Amazon dikembalikan kepada ayah mereka, sedangkan bayi perempuan dibesarkan untuk menjadi petempur Amazon.

Herodotus juga menyebut bahwa beberapa perempuan Amazon menikah dengan pria Scythia dan dari merekalah suku Scythia mendapat perempuan-perempuan perkasa yang membantu Scythia memenangkan berbagai pertempuran.

Herodotus, hidup pada abad ke-5 Sebelum Masehi, dikenal sebagai bapak sejarah karena menjadi sejarawan pertama yang mengumpulkan bahan-bahan sejarah secara sistematis, menguji akurasinya sampai batas tertentu, dan menyusunnya dalam bentuk narasi yang terstruktur.

Dalam film Wonder Woman (2017) dikisahkan bahwa perempuan suku Amazon menguasai banyak bahasa asing termasuk bahasa Latin. 

Kemampuan berbahasa Latin ini digunakan Diana Prince si Wonder Woman untuk menggunakan resurrection stone dan menghidupkan Steve Trevor di film Wonder Woman 1984.

Para perempuan Amazon di film Wonder Woman juga digambarkan panjang umur, memiliki kekuatan super, cantik-cantik, dan awet muda. Gambaran itu tidak salah karena pencipta komik Wonder Woman, William Moulton Marston, mengambil kisahnya berdasarkan mitologi Yunani, bukan dari Herodotus.

Mitologi Yunani menceritakan bahwa suku Amazon dibangun oleh perempuan bernama Otrera yang memenggal suaminya karena muak diperintah dan dikasari terus-menerus. Otrera juga membebaskan semua perempuan yang bernasib sama dari para suami mereka.

Dilatihnya para perempuan itu berkelahi, bertarung pedang, dan menunggang kuda. 

Setelah para pengikutnya banyak dan mampu bertempur, mereka datang ke kota-kota tetangga untuk membebaskan lebih banyak lagi perempuan yang disiksa dan tersiksa oleh suaminya.

Lama-kelamaan pasukan Amazon jadi besar dan membentuk faksi-faksi kecil yang tersebar di sepanjang stepa (daratan berumput pendek tanpa pohon dan beriklim kering) yang membentang di sepanjang Eurasia (daerah antara Eropa dan Asia yang sekarang menjadi Afganistan, Armenia, Azerbaijan, Belarus, Georgia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Mongolia, Republik Moldova, Tajikistan, Turkmenistan, Ukraina, dan Uzbekistan).

Faksi-faksi itu tetap tunduk kepada Otrera. Jika Otrera memerintah perang, maka mereka pun perang. Otrera dan pasukannya pernah bertarung melawan Dionysus (dewa anggur Yunani) karena memperdaya perempuan Amazon sampai mabuk.

Amazon kalah dan lari ke kuil Artemis yang dibangun Otrera, untuk minta perlindungan, dan Amazon selamat. Sejak itu kuil Artemis di Ephesos (sekarang ada di wilayah Turki) dipercaya oleh para perempuan Yunani kuno sebagai tempat berlindung.  

Otrera punya dua putri, hasil hubungan cintanya dengan Ares sang dewa perang, bernama Hippolyta dan Penthesilea.

Nahas, Hippolyta tidak sengaja terbunuh oleh tombak Penthesilea saat mereka berburu rusa.

Penthesilea terpukul dan merasa dirinya tidak pantas menjadi ratu Amazon menggantikan kakaknya yang dia bunuh. Dia ingin mati saja, tetapi karena dia seorang ksatria Amazon maka pantang baginya bunuh diri. Penthesilea memilih mati dalam perang.

Penthesilea benar mati dalam perang. Dia tewas ditangan Achilles dalam perang Troya. Achilles membuka helm Penthesilea dan melihat ternyata Penthesilea perempuan dan cantik. Dia lalu membersihkan luka-luka Penthesilea sebelum mengembalikan jasadnya kepada orang Troya. 

Penthesilea dikubur di Thermodon, kampung halaman para Amazon.

Menurut Giovanni Boccaccio, penulis dan penyair Italia yang hidup pada tahun 1313-1375, keterlibatan suku Amazon dalam perang Troya melawan Yunani karena Penthesilea jatuh hati pada Hector, anak raja Priam dari Troya.

Walaupun perang Troya juga bagian dari mitologi, tetapi arkeolog Jerman Frank Calvert meyakini bahwa kota Troya benar-benar ada dan sekarang bernama Hisarlik di Turki.

Kenapa orang Yunani memasukkan Amazon dan para ratunya ke dalam mitologi mereka? Padahal para ksatria perempuan Amazon bukan berasal dari Yunani dan malahan berperang melawan Yunani.

Menurut sejarawan Stanford University Adrianne Mayor, bagi perempuan Yunani, Amazon adalah simbol kesetaraan dengan laki-laki. Para perempuan muda sangat terinspirasi oleh kisah perempuan Amazon yang mandiri dan melakukan bisa melakukan apa saja. Itulah sebab orang Yunani mempertahankan mitos dan legenda suku Amazon.

Ada dua versi mengenai asal muasal kata "amazon". Ada dugaan kata itu berasal dari Iran (bahasa Persia) yang berarti prajurit. Pendapat lain mengatakan berasal dari bahasa Armenia yang berarti Moon-Goddes (Dewi Bulan).

Adrianne Mayor punya pendapat lain. Dalam bukunya yang berjudul The Amazons: Lives and Legends of Warrior Women Across the Ancient World, kata mazon mirip kata dalam bahasa Yunani mastos yang berarti payudara. Amazon berarti tanpa payudara.

Konon, ada pendapat yang mengatakan bahwa perempuan Amazon memotong payudara kanan mereka untuk memudahkan memanah dan melempar tombak.

Kalau saya berpendapat "tanpa payudara" lebih bermakna kiasan daripada harfiah. 

Saking perkasa dan lincahnya perempuan Amazon, mereka bisa bergerak bebas seperti tidak punya payudara yang mengganjal. Mereka juga bisa melakukan apapun yang biasa dilakukan laki-laki yang tidak punya payudara.

Dugaan bahwa perempuan Amazon memotong payudara menurut saya berlebihan cenderung konyol. Srikandi saja mahir memanah tanpa harus memotong payudaranya.

Pada awal tahun 1990 arkeolog gabungan dari Amerika dan Rusia menemukan 150 kuburan berusia kurang-lebih 2000 tahun yang di dekat perbatasan Kazakhstan.

Diantara kuburan itu ada beberapa jasad perempuan yang dikubur bersama busur dan anak panah, belati, dan pedang. Pada salah satu jasad bahkan masih tertancap anak panah di rongga dadanya.

Kemudian tim dari Russian Academy of Science pada 2019 mengumumkan bahwa mereka menemukan kuburan yang diduga berisi jasad orang Scythia berusia 2500 tahun di Siberia.

Jasad perempuan yang ditemukan disana juga dikubur bersama banyak senjata dan kaki mereka bengkok, menandakan seringnya berada diatas kuda.

Pelajaran dasar yang harus dikuasai anak-anak Amazon sejak belia adalah menunggang kuda. Suku Amazon adalah suku nomaden alias berpindah-pindah dan sering bertempur, jadi kuda sangat penting bagi mereka.

Penemuan banyak kuburan dan jasad makin menipiskan batas apakah suku perempuan petarung Amazon benar-benar ada atau hanya cerita pengantar tidur seperti Cinderella dan Putri Salju.

Ada atau tidaknya suku perempuan Amazon, yang jelas bukti bahwa para perempuan perkasa yang kemampuan tarungnya sama seperti lelaki memang benar-benar ada di masa lampau. 

Entah namanya Amazon, Amina, Mulan, Nyi Ageng Serang, atau Christina Martha Tiahahu, mereka semua ada dan nyata.

Bibliografi:

  1. Smithsonian Mag
  2. National Geographic
  3. The Washington Post
  4. The New Yorker
  5. Live Science
  6. Ebook The History of Herodotus, dari gutenberg.org
  7. Ebook The Amazons: Lives and Legends of Warrior Women Across the Ancient World, dari audible.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun