Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Pekerja sektor informal. Juru ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Maju-Mundur Liga 1 Terhimpit Pandemi dan Izin Polisi

16 Desember 2020   15:14 Diperbarui: 17 Desember 2020   13:20 1412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Logo klub peserta Liga 1 2020. Foto: indosport.com

PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) akan melanjutkan kompetisi Liga 1 pada Februari 2021. 

Sayangnya sampai November 2020 Polri mengatakan bahwa kompetisi akan berlangsung tahun depan sehingga belum bisa diputuskan akan diizinkan atau tidak.

Buat saya ini mengecewakan karena kepolisian resor dan sektor saja mengizinkan tarkam. Tarkam relatif sulit diatur karena tidak ada aturan baku mengenai pelaksanaannya, apalagi memaksa pemain dan penonton mematuhi protokol kesehatan.

Pada Liga 1 aturan bertanding selama pandemi bisa diperketat termasuk bertanding tanpa penonton dan pemainnya wajib menjalani karantina bubble.

Simulasi karantina bubble sedang dijalankan oleh Indonesian Basketball League (IBL) pada Desember 2020 ini, meniru NBA, karena mereka akan menggelar kompetisi pada Januari 2021.

Semua pemain, pelatih, dan ofisial klub nantinya akan dikarantina di Mahaka Square Arena, Kelapa Gading, Jakarta Utara, selama kompetisi berlangsung.

Akankah Liga 1 mengikuti model karantina gelembung seperti IBL? 

Bisa saja, tapi karantina gelembung mungkin dilakukan per klub, tidak keseluruhan 18 klub digabung di satu tempat seperti klub IBL.

Klub-klub di Liga 1 punya 18-33 pemain. PSIS Semarang bahkan dizinkan punya 34 pemain dan Bali United 35 pemain. Paling logis klub melakukan karantina bubble di tempat yang mereka tentukan sendiri.

Mundurnya kelanjutan Liga 1 dari Juni ke Oktober lalu ke November sampai akhirnya diputuskan lanjut di Februari 2021 tidak lepas dari coronavirus yang menghinggapi klub.

Sejauh ini ada Barito Putra, Persib Bandung, Persik Kediri, dan Persebaya Surabaya yang mengonfirmasi pemain, asisten pelatih, dan ofisial tim kena Covid-19. Virus SARS-CoV-2 ini juga menjangkiti Direktur Olahraga Persija Jakarta, Ferry Paulus, sampai dua kali.

Jika kelak Liga 1 dilanjutkan apakah penularan bisa dicegah?

Bisa. Dengan disiplin mematuhi protokol kesehatan dan menaati peraturan yang diberikan klub saat karantina gelembung (bubble) dijalankan.

Pada karantina bubble, para pemain memang harus terpisah lima bulan lamanya dari kekasih, istri, anak, dan orang tua. Ini yang berat. 

Apalagi bagi kebanyakan pria beristri, ada kebutuhan untuk menyalurkan kebutuhan birahinya paling tidak seminggu sekali. Lima bulan tanpa kelon mungkin berat bagi beberapa pemain Liga 1.

Lima bulan sesungguhnya tidak lama jika dijalani tanpa beban. Toh masih bisa video call dan telepon. Jika Liga berakhir pada Juli 2021 seluruh komponen klub akan berkumpul lagi dengan keluarga masing-masing.

Dilanjutkannya Liga 1 juga sudah pasti ditunggu oleh para suporter.

Kejenuhan para Bobotoh, Bonek, The Jakmania, Kacong Mania, Aremania, Kabomania, dan pendukung lainnya terhadap pandemi yang entah kapan berakhir, bakal terusir. 

Hanya saja PT LIB harus membuat aturan khusus pandemi yang menjatuhkan denda kepada klub jika suporter mereka kedapatan memaksa masuk ke dalam stadion saat klub bertanding.

Denda ini perlu karena suporter bola dikenal nekat. Meski PT LIB mengatakan telah berkoordinasi dengan seluruh Polda dan mengedepankan langkah preventif, antisipasi menghadapi suporter nekat harus tetap ada.

Langkah preventif yang dimaksud PT LIB adalah mengampanyekan slogan "Dukung dari Rumah" dan "Nonton dari Rumah Lebih Asyik" supaya suporter tidak datang ke stadion. jika kedapatan ada suporter yang akan masuk stadion, polisi hanya akan mengusir dan membubarkan mereka.

Manalah mungkin The Jak dan Bobotoh mau disuruh duduk manis depan televisi sementara klub mereka main di kandang sendiri. Bonek apalagi, rela menggembel tanpa bekal memadai ke luar kota demi menonton Persebaya tampil di kandang lawan. Apalagi format kandang-tandang dengan kompetisi satu wilayah rencananya tetap diberlakukan.

Suka atau tidak, Liga 1 harus dilanjutkan karena menyangkut hajat hidup orang banyak, tetapi aturan kompetisi harus diperketat termasuk mengatur bagaimana mengatasi suporter yang nekat datang ke stadion. 

Pertandingan tanpa penonton memang sangat merugikan klub karena tidak ada pemasukan dari tiket, tapi lebih rugi lagi kalau laga berhenti sama sekali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun