Isi dari deklarasi itu salah satunya adalah analog switch off menjadi penyiaran digital pada 2020. Negara yang mematikan siaran analognya tahun ini adalah Vietnam. Dengan demikian tinggal Indonesia dan Timor Leste yang belum.
Deklarasi Siem Reap juga sejalan dengan aturan ITU (International Television Union), lembaga yang mengatur perpindahan siaran TV ke digital, bahwa tahun 2020 merupakan batas waktu akhir migrasi analog ke digital.
Siaran digital bukanlah seperti layanan streaming atau televisi berbayar. Semua tayangan yang diberikan oleh stasiun free to air (Global TV, Indosiar, Trans7, MNCTV dkk) tetap gratis.
Dipakainya siaran TV digital di hampir seluruh negara di dunia karena siaran digital irit frekuensi. Frekuensi pita lebar lebih diperlukan untuk akses internet terutama jaringan 4G dan 5G.
Buat apa Indonesia butuh 5G? Wong akses 3G saja masih lelet.
Indonesia, sama seperti negara lain, memerlukan akses internet yang terkoneksi dan terintegrasi dengan segalanya.Â
Selain untuk hiburan dan komunikasi, 5G juga akan mendukung pekerja indivual seperti penulis, musikus, pedagang, dan pekerja kreatif lainnya untuk melahirkan karya yang terhubung dengan internet. Itulah Internet of Things (IoT).Â
Penerapan Internet of Things yang sederhana, misal, yaitu kulkas yang dapat memberitahu pemiliknya via SMS atau email jika makanan dan minuman tertentu sudah habis dan harus diisi lagi.Â
Jadi kebutuhan internet makin meluas bukan hanya untuk hiburan, kerja, dan belajar saja tapi memudahkan hidup juga.
Lebih jauh, 5G nanti akan digunakan sebagai pendukung ekonomi digital suatu negara.
Itulah sebabnya daripada memboroskan frekuensi untuk siaran televisi analog, lebih baik dipakai untuk internet.
Siaran digital dikatakan menghemat penggunaan frekuensi karena satu frekuensi bisa digunakan untuk 12 program siaran sekaligus.Â