Indonesian Football e-League (IFeL) 2020 sudah masuk pekan kelima. Pertandingan yang berlangsung pada 10 Oktober 2020 kemarin panen gol dari laga PSIS Semarang dan PSM Makassar.Â
Pekan ini juga menjadi ajang adu gengsi antara dua pemain senior, Elul Wibowo yang mengemas tiga poin untuk Persita Tangerang, mengungguli Lucky Maarif yang berbaju Persik Kediri.
Top scorer dipegang oleh Ferry Gumilang dari Arema FC dengan 30 poin, disusul Setia Widianto dari PSIS Semarang dengan 24 poin. Sayang sekali, Rizky Faidan dari PSS Sleman tumbang ke urutan 3 di angka 22 poin setelah selama empat pekan menduduki puncak klasemen.
Hemm~, merasa asing dengan nama-nama diatas yang bermain untuk klub Liga 1 itu?
Ferry, Setia, dan Rizky adalah para atlet esports profesional yang direkrut klub Liga 1 untuk bertanding pada kompetisi Pro Soccer Evolution (PES), game sepak bola paling populer sejagat raya.
Apa?! Cuma game?
Bukan sekedar game, ini adalah esports. Esports sudah diakui dunia jadi salah satu cabang olahraga dan pemain yang berkompetisi di pertandingan berhak dilabeli sebagai atlet.
Bila sepak bola Indonesia berada dibawah organisasi PSSI, maka esports dinaungi oleh Indonesia eSports Association (IESPA). IESPA berdiri pada 2014 dan mengurus esports skala nasional. Organisasi ini juga bertanggung jawab terhadap para atlet esports yang berlaga di Asian Games 2018 dan SEA Games 2019 lalu.
Sebenarnya ada 3 lagi organisasi esports di Indonesia. Yaitu:
- Federasi Esports Indonesia, diketuai Adrian Pauline. Musisi sekaligus politikus Giring Ganesha duduk di kursi wakil ketua. Giring juga menjabat sebagai presiden IESPL (event organizer esports penyelenggara Piala Menpora dan Piala Presiden).
- Pengurus Besar Esports Indonesia (PBESI), dengan ketua umumnya dijabat oleh Jenderal Polisi (purn) Budi Gunawan. Jabatan wakil ketua diisi oleh pengusaha dan politikus Sandiaga Salahuddin Uno.
- Asosiasi Olahraga Video Game Indonesia (AVGI), berdiri pada 2019 dan diketuai oleh Rob Clinton Kardinal.
Saya tidak mengerti kenapa empat organisasi itu tidak jadi satu saja membentuk induk organisasi sehingga pembinaan lebih terukur dan terarah dalam satu wadah. Prestasi pun dapat ditargetkan mendunia, bukan hanya kompetisi dan turnamen antar daerah.Â
Tetapi, mungkin tiap organisasi punya visi-misi dan kepentingan yang memang tidak bisa disatukan. Â