Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Pekerja sektor informal. Juru ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Agar Belajar Online Tidak Lagi Jadi Kambing Hitam Borosnya Pulsa dan Kuota

26 Juli 2020   15:10 Diperbarui: 26 Juli 2020   15:07 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua orang tua yang sejak sebelum pandemi sudah rutin membeli pulsa dan kuota data untuk ponselnya dan ponsel anaknya, sebaiknya kini tak perlu teriak lagi, "Belajar online boros kuota, boros pulsa."

Sebab banyak alternatif pembelajaran yang disediakan sekolah (dan pemerintah) tanpa menghabiskan belasan gigabytes kuota perbulannya. Ada siaran belajar di TVRI, YouTube, video dan dokumen kiriman guru, buku cetak, LKS, bahkan dari siaran radio.

Lain halnya dengan mereka yang sebelum ada Covid-19 memang tidak menjadikan pulsa dan kuota sebagai kebutuhan primer. Kalau ada uang beli kalau tidak ada ya tidak beli. Orang tua dari ekonomi lemah ini yang lebih merasakan borosnya pulsa dan sulitnya anak mereka belajar tanpa smartphone daripada mereka yang sejak lama sudah memasukkan pulsa dan kuota ke dalam pengeluaran rutin.

Teriakan boros kuota juga wajar disampaikan oleh mahasiswa. Mereka terjadwal mengikuti streaming atau kuliah audio 2-3 kali sehari dan selalu butuh internet untuk menunjang kuliahnya. Masuk akal kalau mereka mengeluh bengkaknya biaya kuota data.

Selain soal kuota, banyak orang tua yang membeli ponsel khusus untuk anaknya belajar online. Pembelian ini juga menuai keluhan karena pengeluaran jadi boros.

Saya hanya menggunakan satu ponsel untuk digunakan dua anak saya menerima materi, merekam foto-video tugas-tugas mereka ke banyak guru, dan menerima info di grup paguyuban orang tua. Saya gunakan ponsel yang sama untuk bekerja. Menerima dan mengirim email, menerima revisi dari editor, mengedit tulisan, dan kadang rapat dengan editor dan layouter.

Kalau ada jadwal yang tabrakan antar anak atau dengan pekerjaan saya barulah saya menggunakan laptop, pinjam ponsel suami, menggunakan tablet, atau menyalakan komputer untuk menyelesaikan semua urusan bersamaan.

Jadi menggunakan satu ponsel untuk banyak urusan bisa saja, justru menurut saya lebih praktis.

Manusia bisa melakukan apapun kalau dia mau. Termasuk mengatur bagaimana pemakaian kuota pada ponsel terutama untuk pembelajaran jarak jauh anak yang lebih penting dari menonton Lee Min Ho atau Song Hye Kyo berakting di sinema Korea. Ups. I am sorry.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun