Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Pekerja sektor informal. Juru ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Bahasa Indonesia pun Menemukan Jalan Ninjanya Sendiri

6 Juli 2020   11:17 Diperbarui: 6 Juli 2020   17:23 1574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dari zenius.net/FajarErikha

Akhir-akhir ini jarang ada imbauan untuk "berbahasa Indonesia dengan baik dan benar". Itu realistis karena Indonesia, menurut situs Kemdikbud, punya 718 bahasa daerah yang separuhnya masih dituturkan secara aktif oleh masyarakat di tempat bahasa itu digunakan. 

Wajar kalau dalam penuturannya, bahasa Indonesia sering bercampur dengan bahasa daerah bahkan bahasa asing.

Bahasa Indonesia juga dinamis, selalu mengikuti zaman. Sejak era Ejaan Van Ophuysen, Ejaan Suwandi, Ejaan Malindo, Ejaan Yang Disempurnakan,  Ejaan Bahasa Indonesia, dan yang terkini PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia) sudah banyak kata baku yang berubah ejaannya. Pun demikian dengan kata slang (pergaulan sehari-hari) yang masuk KBBI. Juga kata-kata dari bahasa asing yang diserap menjadi yang menjadi kosakata Indonesia.

Beberapa waktu lalu akun Twitter @narabahasa mencuitkan bahwa kata yang baku dan benar adalah "telanjur" bukan "terlanjur" karena awalan ter berubah menjadi tel hanya pada kata khusus, yaitu kata anjur. 

Meskipun terbiasa dengan "terlanjur", mau tidak mau saya percaya dengan apa yang dicuitkan oleh Narabahasa karena pendirinya adalah Ivan Lanin, pakar bahasa Indonesia.

Ada lagi kata yang masih diucapkan secara kurang tepat yaitu sholat. Kata sholat sudah berubah menjadi salat karena kata serapan dari bahasa Arab itu sudah menjadi kosakata bahasa Indonesia, jadi harus ditulis dan dibaca salat. 

Tapi umat Islam masih mengucapkannya dengan sholat, karena mengucapkan salat terasa aneh karena seperti nama makanan.

Lalu ada kata pebalap. Kata baku menurut KBBI adalah pembalap, tapi banyak media arus utama yang menulis pebalap. Kata pebalap merupakan kata hasil kesepakatan para redaktur bahasa di media-media ternama. 

Kalau tidak mengikuti KBBI, mungkinkah ini berarti setiap orang dan kelompok yang punya pengaruh luas di masyarakat bisa mengubah kata baku sesuai persepsinya sendiri?

Menilik hal diatas, hampir dapat dipastikan bahwa tidak banyak lagi orang yang menuturkan bahasa Indonesia formal secara baik dan benar, kecuali pada pidato-pidato resmi lembaga negara dan siaran berita.

Seorang editor, wartawan, redaktur, penulis, novelis, guru, atau seseorang yang senang menulis harus terus memperbaharui kosakata dan pengetahuannya tentang bahasa Indonesia, karena bahasa ini sangat dinamis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun