Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Pekerja sektor informal. Juru ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Netizen Indonesia, antara Julid, Nyinyir, dan Tudingan Buzzer

26 Maret 2020   22:51 Diperbarui: 14 April 2021   14:11 2334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Mashable)

Julid awalnya dipopulerkan oleh penyanyi Syahrini yang diambil dari Bahasa Sunda "binjulid" yang artinya iri atau dengki. Lama-kelamaan julid (oleh netizen) dijadikan kependekan dari judes lidah.

Kata "nyinyir", menurut KBBI, adalah mengulang-ulang perintah atau cerewet. Di dunia netizen nyinyir lalu berarti "komentar negatif asal njeplak". 

Dan siapakah netizen itu? Mereka yang aktif di media sosial dan cepat mengomentari hal-hal yang mereka lihat di internet dinamakan netizen atau warganet. 

Kenapa netizen sangat mudah untuk julid dan nyinyir? Karena di dunia nyata mereka tidak bisa melakukan dua hal itu. Di internet bisa. Media sosial adalah salah satu tempat "pelarian" dari kenyataan hidup yang memusingkan. 

Lalu apa bedanya julid dan nyinyir? 

Disebut julid jika netizen "hanya" mengomentari apa yang mereka lihat. 

Diva pop sekaligus anggota DPR-RI Krisdayanti memajang videonya di Instagram saat plesiran ke Swiss bersama keluarganya saat dunia sedang dilanda wabah Covid-19. 

Pada videonya terlihat bandar udara di Zurich sepi kosong-melompong dan Krisdayanti bilang, "Cuma kita aja." Maka sontak netizen julid mengguyur Krisdayanti dengan hujatan. 

Lalu disebut nyinyir jika netizen berkomentar pedas hanya berdasarkan ketidaksukaan dan mengabaikan fakta. 

Baru saja ibunda Presiden Joko Widodo wafat dan netizen yang terlanjur benci kepada Jokowi lantas menghina almarhumah sejak belum dimakamkan. 

Padahal almarhumah Ibu Sudjiatmi tidak pernah mengurusi politik apalagi negara. Bahkan jika ada manusia bertabiat jelek semasa hidupnya, tidak patut kita menghinanya setelah dia meninggal.

Komentar nyinyir yang kebablasan seperti itu sering berujung fitnah dan penghinaan. Inilah yang banyak menjebloskan netizen ke penjara. 

Tetapi, bagaimanapun menyebalkannya netizen yang julid dan nyinyir ini, keberadaan mereka bermanfaat untuk orang-orang yang berupaya cepat tenar dan selebritas yang ingin mempertahankan kepopulerannya. 

Makin julid netizen kepadanya makin populer juga seseorang. Maka orang akan berkelanjutan membuat hal kontroversial agar netizen tetap julid kepadanya dan dia tetap populer. 

Memancing netizen berkomentar negatif lebih mudah dan murah dibanding "menyewa" buzzer. 

Awalnya buzzer adalah sebutan bagi orang yang dibayar untuk mengampanyekan dan mempromosikan produk dan jasa. Tapi lama-lama buzzer menjadi identik dengan corong politik, baik itu corong pemerintah atau oposisi. Tapi tidak semua netizen yang pro-pemerintah atau pro-oposisi adalah buzzer. 

Kadang mereka memang ngotot membela junjungannya, bahkan terkesan "berani mati", tapi itu hanya aktualisasi dari pikiran mereka yang merasa terwakili dengan pemerintah atau oposisi. 

Cara mudah mengidentifikasi seorang netizen apakah dia buzzer atau bukan adalah dengan melihat apa yang ditulisnya di media sosial. Jika isi Twitter dan Facebook seseorang setuju terus-terusan secara membabi-buta tanpa ada kritik membangun terhadap junjungannya maka dia adalah buzzer.

Jika isinya campur-baur antara politik dan hal-hal remeh receh dalam kehidupan hariannya, maka dia hanya netizen nyinyir, bukan buzzer. 

Netizen bukan sekedar sekelompok orang yang gak-punya-kerjaan-cuma-bisa-julid-dan-nyinyir. Mereka adalah "warga negara" yang tidak saling kenal tapi mampu dengan cepat membangun solidaritas untuk tujuan yang sama. Itulah netizen Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun