Selama bertahun-tahun, lahan yang saya percayakan pada tangan-tangan yang berusaha meningkatkan hasil pertanian malah menemui titik terendahnya. Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan, meskipun awalnya diharapkan sebagai solusi, kini malah kesuburan tanah tersebut menjadi keras dan kehilangan porositasnya.
Petani di Indonesia memang lebih cenderung memilih pupuk dan pestisida kimia (Anorganik) dibandingkan yang organik. Alasannya adalah karena kemudahan penggunaannya, ketersediaannya yang luas, harga yang terjangkau, dan manfaatnya yang memberikan hasil yang lebih cepat dirasakan oleh para petani.
Dalam rentang tahun 2017 hingga 2022 saja, menurut data dari Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia (APPI), penggunaan pupuk di Indonesia mencapai angka antara 10 hingga 11 juta ton setiap tahun. Penggunaan tersebut didominasi oleh jenis pupuk seperti urea, SP-36, ZA, dan NPK, sementara penggunaan pupuk organik hanya mencapai sekitar lima persen dari total penggunaan pupuk.
Memang dalam usaha untuk meningkatkan hasil pertanian dan memenuhi kebutuhan populasi yang terus tumbuh, manusia telah menggunakan pupuk kimia secara luas dalam praktik pertanian modern. Namun, di balik janji ketersediaan pangan yang melimpah, penggunaan berlebihan dan tidak terkendali dari pupuk kimia telah membawa konsekuensi yang serius bagi kesehatan tanah yang jarang disadari.
Pupuk kimia menjadi "pemacu" pertumbuhan tanaman yang efektif, namun, tanpa kesadaran akan dampak jangka panjangnya, tanah yang merupakan fondasi utama kesuburan pertanian terancam rapuh. Melampaui manfaatnya yang terlihat, pupuk kimia secara perlahan merusak struktur dan keseimbangan ekosistem tanah.
Data dari Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Ditjen PSP Pertanian) tahun 2019 mencatat bahwa terdapat sekitar 1.650 merek pupuk kimia anorganik di Indonesia. Selain itu, tercatat sebanyak 4.447 formulasi pestisida yang terdaftar, yang terdiri dari 1.530 formulasi insektisida, 1.162 formulasi herbisida, serta 1.745 formulasi yang mencakup fungisida, rodentisida, pestisida rumah tangga, dan sejenisnya (Media Indonesia, 2019).
Tanah bukan hanya tempat tumbuh bagi tanaman, tapi juga merupakan ekosistem kompleks yang menyediakan nutrisi esensial, mendukung kehidupan mikroba yang krusial, dan menentukan produktivitas pertanian secara keseluruhan. Dalam konteks ini, mari kita lihat dampak penggunaan pupuk kimia yang berlebihan.
1. Penurunan Kesuburan Tanah
Pupuk kimia, seiring waktu, telah menjadi andalan dalam upaya meningkatkan hasil pertanian. Namun, ironisnya, penggunaan berlebihan pupuk ini telah menyebabkan penurunan dramatis dalam kesuburan tanah, suatu aspek kritis yang mendasari produktivitas pertanian yang berkelanjutan.
Pupuk kimia, dengan kandungan nutrisinya yang konsentrat, memang memberikan dorongan pertumbuhan yang cepat pada tanaman. Namun, efek samping yang sering diabaikan adalah kemampuannya mengubah dinamika alami tanah. Penggunaan berlebihan pupuk ini dapat mengganggu keseimbangan mikroorganisme, mengubah struktur tanah, dan mengurangi keberagaman biologisnya.
Pupuk kimia juga cenderung menurunkan pH tanah secara drastis, yang dapat mengganggu ketersediaan nutrisi penting bagi pertumbuhan tanaman. Ketidakseimbangan ini dapat mengubah tanah subur menjadi lingkungan yang tidak ramah bagi pertumbuhan tanaman alami.
Salah satu efek paling langsung dari pupuk kimia adalah degradasi nutrisi tanah. Meskipun awalnya memberikan "serbuk ajaib" bagi tanaman, penggunaan jangka panjang pupuk kimia menyebabkan tanah kehilangan kapasitasnya untuk menyediakan nutrisi esensial seperti nitrogen, fosfor, dan kalium secara alami.
Pertanian yang bergantung secara signifikan pada pupuk kimia cenderung membuat tanah menjadi "tergantung" pada suplemen eksternal, mengurangi kemampuannya untuk menyediakan nutrisi tanaman secara mandiri.
Mikroorganisme tanah seperti bakteri, fungi, dan protozoa adalah "pekerja keras" yang membantu menguraikan bahan organik dan memberikan nutrisi penting bagi tanaman. Sayangnya, pupuk kimia yang berlebihan dapat membunuh atau mengurangi jumlah dan keragaman mikroorganisme ini.
Gangguan terhadap ekosistem mikroba tanah memengaruhi siklus nutrisi, memperparah penurunan kesuburan tanah. Keseimbangan yang terganggu ini berkontribusi pada penurunan kekuatan tanah dalam mendukung pertumbuhan tanaman secara alami.
2. Kompaksi Tanah dan Drainase Buruk
Pupuk kimia, meski memberikan manfaat dalam pertumbuhan tanaman, juga terkait dengan dampak fisik pada struktur tanah yang sering diabaikan: kompaksi tanah yang dapat mempengaruhi sistem drainase alami.
Penggunaan pupuk kimia secara berlebihan bisa menjadi pemicu terjadinya kompaksi tanah. Ketika tanah terus-menerus dipasok dengan nutrisi yang berlebihan, akar tanaman cenderung berkembang lebih dekat dengan permukaan tanah, meningkatkan tekanan pada lapisan permukaan tanah. Hal ini memicu pembentukan tanah yang padat dan lebih keras, yang dikenal sebagai kompaksi.
Kompaksi tanah dapat menjadi musuh utama sistem drainase alami tanah. Struktur tanah yang padat dan keras mengurangi ruang pori di antara butir-butir tanah, sehingga air sulit menyerap ke dalam tanah. Akibatnya, air hujan cenderung mengalir di permukaan tanah daripada meresap ke dalam, meningkatkan risiko erosi dan hilangnya nutrisi tanah yang larut dalam air.
Drainase yang buruk juga berarti bahwa akar tanaman tidak dapat mengakses air dan nutrisi yang diperlukan dengan baik. Tanaman menjadi rentan terhadap kekeringan atau kelebihan air, mengurangi kemampuan mereka untuk tumbuh secara optimal.
3. Kehilangan Biodiversitas Tanah
Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan telah menjadi faktor utama dalam menurunkan keberagaman hayati di dalam tanah, mengakibatkan perubahan serius dalam ekosistem tanah yang mendasari kelangsungan hidup tanaman dan organisme lainnya.
Pupuk kimia cenderung memberikan efek selektif terhadap organisme tanah. Penggunaan yang berlebihan dapat menjadi racun bagi beberapa mikroorganisme yang penting dalam siklus nutrisi tanah. Bakteri, fungi, dan invertebrata tanah yang biasanya berperan dalam dekomposisi bahan organik serta siklus nutrisi, terpengaruh secara signifikan oleh konsentrasi tinggi bahan kimia dalam pupuk.
Keberagaman mikroorganisme ini secara langsung terhubung dengan keseimbangan ekosistem tanah. Penurunan jumlah atau keragaman spesies dapat mengganggu proses alami di dalam tanah, memicu dampak negatif dalam berbagai aspek kehidupan tanah.
Kehilangan biodiversitas tanah memiliki efek jauh lebih luas daripada yang terlihat secara langsung. Ekosistem tanah yang seimbang mendukung jaringan kehidupan yang kompleks dan saling terkait. Ketika keberagaman menurun, rantai makanan dan interaksi antarorganisme di dalam tanah terganggu.
Perubahan ini dapat mengakibatkan penurunan produktivitas pertanian jangka panjang dan kerentanan yang lebih besar terhadap penyakit dan gangguan lainnya pada tanaman. Kesehatan keseluruhan ekosistem pertanian juga terancam, mengakibatkan penurunan keberlanjutan usaha pertanian.
4. Toksisitas Tanah
Efek samping dari penggunaan berlebihan pupuk kimia adalah peningkatan kadar logam berat dalam tanah, membawa konsekuensi serius terhadap kesehatan tanah dan kehidupan organisme di dalamnya.
Pupuk kimia, terutama jika digunakan secara berlebihan dan tidak terkendali, cenderung mengakumulasi logam berat dalam tanah. Komponen kimia dalam pupuk, terutama fosfor dan beberapa unsur lain, dapat bertahan lama di tanah dan mengendap, menyebabkan peningkatan kadar logam berat seperti kadmium, timbal, atau merkuri.
Akumulasi logam berat ini menjadi perhatian serius karena toksisitasnya pada organisme tanah dan bahkan dapat mencemari sumber air tanah, menyebabkan dampak jangka panjang yang merugikan.
Logam berat yang terakumulasi dalam tanah dapat memiliki dampak yang merugikan pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Ketika tanaman menyerap logam berat ini, dapat mengganggu proses fisiologis dan memengaruhi produksi hasil panen. Bahkan, beberapa logam berat dalam jumlah tinggi dapat menjadi racun bagi tanaman.
Selain itu, organisme tanah seperti mikroorganisme, cacing tanah, dan serangga dapat terpengaruh secara negatif oleh toksisitas logam berat. Ini mengganggu keseimbangan ekosistem tanah dan menyebabkan penurunan populasi organisme yang berperan dalam menjaga kesehatan tanah.
5. Polusi Air Tanah
Penggunaan pupuk kimia yang tidak terkendali telah menjadi salah satu penyebab utama polusi air tanah, mengancam kualitas air yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan lingkungan sekitarnya.
Pupuk kimia, ketika digunakan dalam jumlah berlebihan, cenderung menimbulkan masalah pencemaran air tanah. Ketika hujan turun, pupuk yang tidak terserap oleh tanaman dapat terbawa oleh air ke dalam lapisan tanah lebih dalam. Ini dapat menciptakan aliran permukaan yang membawa bahan kimia dari pupuk menuju ke sumber air tanah seperti sumur atau sungai di sekitar area pertanian.
Leaching atau proses pencucian bahan kimia dalam pupuk menuju air tanah menjadi ancaman serius bagi kualitas air yang tersedia bagi konsumsi manusia dan kehidupan akuatik.
Polusi air tanah oleh pupuk kimia dapat mengakibatkan penurunan kualitas air, terutama dalam hal ketersediaan air minum yang aman bagi manusia. Kandungan bahan kimia seperti nitrat dan fosfat dari pupuk dapat memicu pertumbuhan alga berlebihan dalam sumber air, menyebabkan eutrofikasi yang mengganggu ekosistem air dan mengurangi kualitas air.
Tidak hanya itu, konsumsi air yang tercemar oleh bahan kimia dari pupuk juga dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan manusia, seperti masalah kesehatan yang terkait dengan air yang terkontaminasi.
6. Resistensi Tanaman Terhadap Penyakit dan Hama
Penggunaan berlebihan pupuk kimia memiliki keterkaitan yang kompleks dengan resistensi tanaman terhadap penyakit dan hama, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi mekanisme pertahanan alami tanaman.
Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan cenderung merangsang pertumbuhan tanaman secara tidak proporsional. Hal ini dapat menyebabkan pertumbuhan yang cepat namun lemah, karena tanaman menjadi terlalu bergantung pada pupuk dan kurang mengembangkan sistem pertahanan alaminya.
Selain itu, kadar nutrisi yang tinggi akibat pupuk kimia tertentu dapat menurunkan ketersediaan nutrisi yang penting untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit dan hama.
Tanaman yang terlalu bergantung pada pupuk kimia cenderung memiliki sistem pertahanan alami yang lemah. Nutrisi yang berlebihan bisa mengganggu respons imun tanaman terhadap patogen dan hama.
Ketika tanaman kurang mampu mengembangkan pertahanan alami, mereka menjadi lebih rentan terhadap serangan patogen. Tanaman yang seharusnya memiliki mekanisme pertahanan alami yang kuat menjadi lebih rentan terhadap serangan penyakit dan hama, yang pada akhirnya dapat mengakibatkan penurunan produktivitas pertanian.
Kesadaran akan dampak negatif dari penggunaan pupuk kimia pada tanah menjadi kunci penting dalam menjaga keberlanjutan pertanian dan kesehatan ekosistem tanah. Penting bagi para petani, pakar pertanian, dan konsumen untuk memahami betapa penggunaan pupuk kimia yang berlebihan dapat merusak kesehatan tanah, menurunkan kesuburan, dan bahkan mencemari lingkungan.
Pemeliharaan kesehatan tanah harus menjadi fokus utama dalam praktik pertanian masa depan. Langkah-langkah menuju pertanian yang berkelanjutan meliputi penggunaan pupuk organik, praktik rotasi tanaman, pengelolaan dosis pupuk yang tepat, dan pendekatan agroekologi.
Mendorong inovasi, edukasi, dan kebijakan yang mendukung praktik pertanian yang lebih berkelanjutan adalah langkah penting dalam menjaga kesehatan tanah demi kesejahteraan generasi masa depan.
Kita semua memiliki tanggung jawab untuk menjaga keseimbangan ekosistem tanah yang merupakan pondasi kehidupan. Melalui upaya bersama, kita dapat menciptakan sistem pertanian yang lebih sehat, ramah lingkungan, dan berkelanjutan bagi bumi kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya