Dengan meningkatnya jumlah publikasi dan informasi yang tersedia secara online, penting bagi para peneliti dan akademisi untuk membuat karya mereka menonjol dan mudah dipahami oleh audiens yang lebih luas, termasuk orang awam.Â
Tantangan lain adalah bagaimana menyampaikan ide-ide kompleks secara lintas disiplin ilmu sehingga dapat dipahami oleh mereka yang mungkin tidak memiliki latar belakang spesifik di bidang tersebut.
Tradisionalnya, penulisan akademik cenderung formal dan teknis, tapi saat ini ada kecenderungan untuk menjadikan penulisan lebih naratif dan menarik untuk mencapai audiens yang lebih luas. Pengaruh Media Digital: Dengan berkembangnya media digital dan platform online, cara orang mengonsumsi konten ilmiah juga berubah, mendorong para peneliti untuk beradaptasi dengan cara komunikasi yang lebih interaktif dan menarik.
Membuat Riset Lebih Menarik: Storytelling dapat membantu menjelaskan konsep-konsep kompleks dan membuat penelitian lebih relatable bagi pembaca. Pengaruh pada Pengambilan Keputusan: Narasi yang kuat bisa berpengaruh lebih besar dalam pembentukan opini publik dan pengambilan keputusan, terutama dalam bidang-bidang seperti kebijakan publik dan kesehatan.
Platform media sosial telah menjadi alat penting dalam menyebarkan pengetahuan akademik dan ilmiah. Dengan bertambahnya data visual seperti infografis dan video, peneliti perlu memikirkan cara-cara inovatif untuk menyajikan hasil riset mereka.
Kemampuan menulis yang efektif menjadi kunci dalam publikasi ilmiah dan kemajuan karir akademis. Dalam lingkungan global, komunikasi yang efektif melintasi batas budaya menjadi semakin penting.
Menggunakan pendekatan storytelling dalam penulisan akademik, seperti yang dijelaskan dalam buku "How to Use Storytelling in Your Academic Writing", bisa menjadi strategi yang sangat efektif untuk menghadapi tantangan komunikasi dalam dunia akademis modern. Ini tidak hanya membantu dalam menyampaikan ide secara jelas dan menarik, tetapi juga memperluas jangkauan dan dampak penelitian.
Buku yang ditulis oleh Timothy G. Pollock ini membahas pentingnya berpikir seperti seorang pendongeng dalam penulisan akademik. Ia berpendapat bahwa meskipun peneliti terlatih dalam desain penelitian dan teknik analitis, seringkali kurang perhatian diberikan pada cara menyampaikan cerita riset mereka.Â
Penyajian data dan hasil riset yang efektif memerlukan kemampuan untuk menyusun konteks, menunjukkan pentingnya pertanyaan riset, dan menginterpretasikan implikasi hasilnya dengan cara yang memberikan arti pada data tersebut. Dengan cara ini, penulis dapat lebih berhasil dalam menyampaikan ide dan wawasan mereka ke dunia.
Pollock juga menekankan pada pentingnya struktur dalam storytelling. Menggunakan kerangka kerja seperti "Freytag's Pyramid," sebuah struktur drama lima babak yang telah ada selama ribuan tahun, dapat membantu peneliti dalam menyusun cerita riset mereka. Struktur ini meliputi penyiapan latar belakang, pengembangan konflik, dan akhirnya, penyelesaian atau jawaban atas pertanyaan riset. Setiap bagian yang ditulis harus berkontribusi pada pengembangan atau penyelesaian konflik ini. Ini membantu pembaca memahami dan mengikuti alur cerita yang disajikan dalam penelitian.
Ia lanjut membahas berbagai alat yang bisa digunakan dalam storytelling untuk membuat penulisan lebih menarik dan efektif. Alat-alat ini termasuk memberikan "wajah manusia" pada prinsip-prinsip abstrak, mengilustrasikan bagaimana prinsip-prinsip tersebut bekerja, dan mempersonalisasi cerita.Â
Penulis menekankan pentingnya menggunakan alat-alat ini untuk membuat karakter dalam cerita menjadi lebih hidup, menciptakan ketegangan dan drama, serta memberikan rilis bagi pembaca. Contoh yang digunakan adalah cara Frederick Taylor menggambarkan prinsip-prinsip manajemen ilmiahnya melalui cerita Schmidt, seorang penangan besi pig-iron.
Pollock lanjut menekankan pentingnya menggunakan bahasa yang jelas dan aktif dalam penulisan akademik. Hal ini penting untuk menyampaikan ide dengan cara yang menarik dan mudah dipahami pembaca.Â
Menurutnya, penulis harus memperhatikan bukan hanya apa yang mereka katakan, tetapi bagaimana mereka mengatakannya. Suara dan irama dalam penulisan dapat memengaruhi seberapa menarik dan mudah dipahami sebuah karya tulis.
Ia juga mendiskusikan bagaimana kata-kata yang dipilih, cara kalimat disusun, dan bagaimana paragraf dibangun, semua berkontribusi pada kekuatan dan efektivitas storytelling dalam penulisan akademik. Saran diberikan untuk membuat prosa lebih hidup dan menarik, yang mencakup penggunaan metafora, analogi, dan contoh-contoh konkret yang bisa memperjelas poin yang sedang dibahas.
Buku ini juga memuat tentang kesalahan umum yang dilakukan penulis dalam penulisan akademik dan bagaimana menghindarinya, seperti penggunaan jargon yang berlebihan, kalimat yang rumit dan panjang, atau struktur yang membingungkan. Keseimbangan antara penggunaan teknik storytelling dengan ketepatan dan keakuratan akademik ditekankan. Tujuannya adalah untuk membuat tulisan tidak hanya informatif tetapi juga menarik dan mudah diakses oleh pembaca.
Dengan mengasah keterampilan dalam menggunakan kata, kalimat, dan paragraf, penulis bisa lebih efektif dalam menyampaikan penelitian dan ide mereka kepada audiens yang lebih luas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H