Tidak bisa dibayangkan, orang yang mengalami kondisi seperti itu bisa mencapai prestasi hidup yang sedemikian fenomenal.
Dalam buku autobigrafinya yang sudah diterbitkan ke lebih dari 50 bahasa, Â The Story of My Life, Helen menyadari bahwa orang yang membawa cahaya bagi hidupnya adalah guru yang setia mendampinginya, Anne Sullivan.
Pada mulanya, Helen mengalami gejolak diri yang hebat, karena ia tidak mampu melihat dunia, lalu tidak mampu berkomunikasi dengan siapapun.
Ia bisa merasakan orang-orang yang hadir di sekitarnya tapi mereka semua tak bisa dipahami.
Sampai akhirnya Anne Sullivan yang membawa terang bagi hidupnya yaitu pendidikan.
Nona Sullivan, begitu sapa Helen, yang mengajarinya untuk mengenal huruf-huruf Braille, seperangkat alat baca untuk orang tuna netra.
Melalui sastra-sastra dunia  yang dibaca olehnya, Helen mampu berkelana ke dunia luas. Tandasnya, "Pengetahuan adalah cinta, cahaya dan juga wawasan." Walaupun begitu, ia bukannya tidak mengalami kesulitan dalam hidup.
Misalnya, bagaimana ia hidup dan belajar khususnya di perguruan Tinggi yang tidak ramah dengan difabilitas. Namun Helen sendiri tidak menyalahkan sistem dan orang-orang di dalamnya, karena memang di masa hidupnya, semua orang terbiasa hidup dengan orang yang berkemampuan sama.
Ia merasa sudah cukup puas karena ia bisa melampauinya.
Ia sendiri menyadari bahwa tak guna mengutuk kehidupan yang tidak bisa dikendalikan olehnya. Karena kesabaran dari Anne Sullivan, ia bisa diajari cara berkomunikasi dengan orang hingga begitu banyak hal bisa dicapai olehnya.
Helen mampu menjalani hidup yang sulit karena ia menyadari bahwa hidup yang penuh derita, dibarengi juga dengan kemampuan untuk melampauinya.Â