Mohon tunggu...
Yan Okhtavianus Kalampung
Yan Okhtavianus Kalampung Mohon Tunggu... Penulis - Narablog, Akademisi, Peneliti.

Di sini saya menuangkan berbagai pikiran mengenai proses menulis akademik, diskusi berbagai buku serta cerita mengenai film dan lokasi menarik bagi saya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar Nilai Pengorbanan Diri dari Para Buruh Migran

18 Mei 2020   00:28 Diperbarui: 18 Mei 2020   00:29 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beliau sendiri katanya pernah merasakan bangku kuliah, tapi tak bisa diselesaikan untuk alasan yang  tak pernah diutarakannya. Tiap kali Elok pulang kuliah, ayahnya dengan mata berbinar selalu bertanya-tanya tentang materi kuliah yang didapat, bagaimana pergaulannya, sampai ke kendala apa saja yang dihadapi.

Semua ini sungguh bertepatan dengan jurusan Sastra dan Bahasa Jepang yang diambil Elok cocok dengan impian ayahnya untuk mengelilingi dunia. Sayang sekali, impian ayahnya tidak pernah terwujud.

Ayahnya menghabiskan waktu hidupnya untuk menghidupi keluarga hingga tidak mampu menggapai impiannya sendiri. Ia mengorbankan cita-citanya untuk kebaikan keluarganya. Elok yang kemudian mendapatkan beasiswa untuk lanjut studi ke Jepang merasa sedih membayangkan impian ayahnya tidak terwujud, sementara ia sendiri bisa menggapai mimpinya untuk studi ke luar negeri.

Saat akan berangkat untuk memulai studi di Jepang, Elok menanyakan hal itu ke ayahnya. Dengan tertawa ayahnya menjawab, "... Bagi Bapak, tidak apa-apa impian Bapak kandas di tengah jalan, yang penting kamu dan saudara-saudaramu yang lain bisa melesat tinggi, mencapai apa yang kalian impikan. Setiap hari Bapak bekerja dengan ikhlas dan berdoa dengan sepenuh hati supaya kalian mendapat yang terbaik, yang jauh lebih baik dari Bapak. Bagi Bapak, itu jauh lebih penting daripada mengeluh soal mimpi yang gagal terwujud."

Mimpi yang tidak terwujud itu ternyata berubah menjadi semangat untuk memberi yang terbaik bagi orang lain. Yang paling penting, entah kita ada dalam posisi sementara mengejar cita-cita atau sudah berhenti dan akhirnya mendukung mimpi orang lain, semua yang kita lakukan itu harus memberi manfaat kepada orang lain.

Tentu membaca kisah Elok ini akan membawa kesedihan bagi beberapa orang, tapi yang utama bagi ayahnya, melalui Elok dan saudara-saudaranya yang berhasil dalam hidup, itu sudah menjadi suatu impian yang terwujud bagi ayahnya. Hal yang serupa juga bagi kedua BMI yang tanpa sengaja membawa kesan mendalam bagi diri Elok. Niat yang baik kita pasti akan membawa berkah bagi orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun