Mohon tunggu...
Yan Okhtavianus Kalampung
Yan Okhtavianus Kalampung Mohon Tunggu... Penulis - Narablog, Akademisi, Peneliti.

Di sini saya menuangkan berbagai pikiran mengenai proses menulis akademik, diskusi berbagai buku serta cerita mengenai film dan lokasi menarik bagi saya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

"Mental Block", Penghambat terbesar dalam Belajar!

17 Mei 2020   00:02 Diperbarui: 17 Mei 2020   00:32 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KENAPA BISA MALAS BELAJAR ?

Banyak orang tidak sadar kalau penyebab orang tidak bisa memahami pelajaran sebenarnya bukan karena isi atau konten dari pelajaran itu atau karena malas. Kalau soal rasa itu memang bisa muncul kapan saja. Tapi seseorang disebut malas karena ada hal penting yang harus dilakukan tapi tak kunjung dilakukan.

Kalaupun dilakukan maka hasilnya tidak akan baik. Begitu juga dalam konteks belajar, rasa malas yang membuat seseorang bisa melakukan plagiarisme terhadap karya orang lain ketika mengerjakan tugas.

Kalau tugas belajarnya dibuat sendiri maka hasilnya lebih banyak asal-asalan.  Rasa malas ini yang perlu diselesaikan dengan mengetahui penyebabnya. Malas tidak muncul begitu saja.

Deni Mahardika dalam bukunya Menerapkan "Hypnostudying" : Strategi Cerdas Membuat Peserta Didik Keranjingan Belajar, mengatakan bahwa penghalang orang untuk bisa semangat belajar adalah "mental-block". Mental Block  diartikan oleh Deni sebagai "kondisi mental yang menghambat seseorang dalam mencapai keinginannya yang sebenarnya berasal dari belief atau keyakinan yang membatasi."

 Mental-block bisa menjelma dalam berbagai wujud, seperti rasa sulit, rasa tidak mungkin, rasa tidak percaya diri, dan tentu saja rasa malas. Ini semua yang membuat seseorang jadi tidak punya mood untuk belajar. Belum mulai belajar, sudah rasa malas.

Mental-block ini yang membuat orang tidak bisa mencapai keberhasilan dalam hidup. Mental-block yang menghalangi seseorang yang mendapat ilmu pengetahuan baru. Karena cara kerjanya di dalam pikiran, maka  mental-block yang menjadikan seseorang tidak bisa mempelajari ilmu baru, atau dalam bahasa lain.

Kemampuan untuk menyerap pengetahuan dan skill baru menjadi terhalang. Apapun yang mau dipelajari, kalau sudah muncul mental-block maka pasti tidak akan berhasil.

Tanpa disadari sebenarnya mental-block itu disebabkan oleh diri sendiri. Walaupun kita bisa berkata bahwa ada juga faktor di luar diri yang mempengaruhi. Seperti saat kita akan belajar sesuatu yang baru, lalu ada orang lain yang berkata "ah itu tidak penting".

Memang kata-kata orang lain bisa berpengaruh bagi kita tapi yang paling menentukan adalah diri sendiri. Orang lain mau berkata apa, yang penting tidak kita setujui, maka tidak akan muncul mental-block. Yang perlu diwaspadai pertama-tama adalah apa yang kita katakan pada diri sendiri. Atau lebih tepatnya, kalimat-kalimat dalam hati kita.

Deni Mahardika memberi contoh beberapa kalimat yang memunculkan mental-block, seperti "Oh, saya sudah tahu itu"; "Ah.. teori apa lagi ini?"; "Saya tidak membutuhkan itu"; dan kalau bisa saya tambahkan misalnya, "Ini barang cuma bikin lelah" ; "Tugas ini cuma buang waktu saja", "Ini barang aneh tidak berguna"; "Ini terlalu sulit bagi saya"; "Saya ini bodoh"; "Kita ini orang miskin, tidak usah belajar,  yang penting kerja." serta berderet kalimat-kalimat yang berfungsi agar kita percaya bahwa kita tidak bisa mempelajari hal baru.

Kalau sampai kita jatuh dalam rayuan kalimat-kalimat itu, maka kita akan mandeg, tidak bisa menerima perkembangan baru lagi.

Dengan demikian, rasa malas sebenarnya bukan muncul begitu saja. Ia muncul karena kita sudah memiliki mental-block terlebih dahulu.

Yang bisa dilakukan adalah terus mawas diri dan lingkungan, karena di dalam diri dan lingkungan kita banyak kalimat-kalimat mental-block yang bertebaran. Seringkali juga ada orang-orang yang memelihara kalimat-kalimat itu dan terus menyampaikannya di berbagai kesempatan agar orang lain tidak berkembang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun