Ibu
Hingga kini, aku masih ingat hangat dari dekapan kasih sayang mu. Dimana ketika aku sakit dan terbaring lemas, engkaulah orang yang dengan sangat sabar selalu merawat ku.
Dan ketika aku sedih karen satu lain hal atau kekecewaan. Engkau menghibur ku dengan penuh keikhlasan dan kasih sayang. Bahkan ketika aku lelah pun beliau selalu menyemangati ku dengan penuh sabar.
Meski engkau tengah sakit, tenaga mu mulai melemah, tapi tak menyurutkan semangatmu dalam menguatkan ku. Ibu!!
Nasihat-nasihat bijakmu, saran-saran terbaik atas pengalaman mu. Sangat aku dambakan selalu. Namun kini engkau telah tiada.
Sehingga aku pun merana, mendambakan usapan telapak tanganmu di kepalaku. Saat aku hendak memejamkan mata, ibu ku, kartini ku. Aku sangat merindukan muÂ
Ibu, aku ingin merasakan kasih sayang mu lagi. Bu, aku ingin melihat bayangan mu kala aku hendak tidur. Karena engkau lah orang yang terakhir ku lihat kala aku terlelap.
Begitu pula kala aku bangun tidur. Engkau orang yang pertama kali ku dekap, sambil bergelayut manja. Karena bangun kesiangan.
Ibu, sampai kapan pun, engkau selalu ku ingat. Dimanapun aku berada, engkaulah orang yang selalu ada di dalam hati dan pikiranku.Â
Ibu adalah orang yang selalu memikirkan ku, ibu adalah orang yang selalu berdoa untuk ku, dan senantiasa merindukan ku.
Ibu adalah hati dan belahan jiwa ku. Serta lentera hidupku. Aku sangat merindukan mu bu, rindu kebawelanmu dan rindu akan kekhawatirkanmu akan keselamatan diriku.Â
Meski aku telang punya istri yang menjadi Pendamping setia ku. Tapi engakau adalah wanita terbaik ku. Sahabat terbaik ku tuk. Berbagi kesedihan.
Ibu ku dan istri ku kalian lah berdualah. Wanita-wanita hebat ku. Yang tak pernah merasa letih mencintai ku. Tak pernah pula mendendam kepada ku atas kebodohan ku dan kemarahan ku. Allah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H