Mohon tunggu...
Munir Sara
Munir Sara Mohon Tunggu... Administrasi - Yakin Usaha Sampai

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” --Pramoedya Ananta Toer-- (muniersara@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pertumbuhan Ekonomi Semu Era Jokowi

11 Agustus 2024   15:10 Diperbarui: 11 Agustus 2024   16:52 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber : techzilo)

Salah satu media nasional Edisi 9/8/2024, menulis judul berita "Semu di Balik Pertumbuhan Ekonomi 5%." Apa yang terjadi saat ini, sejalan dengan teori Alvin Hansen (1938) tentang "Secular Stagnatio" yang kembali dipopulerkan Larry Summers dengan Secular stagnation.

Dalam term yang sama, Paul A. Samuelson, ekonom terkemuka pemenang Nobel Ekonomi tahun 1970 pun mengatakan, Secular stagnation terjadi dimana dalam perekonomian yang sangat terstruktur atau dalam kondisi tertentu, terjadi siklus stagnasi yang mengakibatkan ekonomi terjebak dalam keadaan stagnan.

Kondisi itu yang mungkin kita rasakan 10 tahun pemerintahan Jokowi. Terjadi stagnasi kinerja ekonomi. Mungkin data ini sedikit bisa memberikan gambaran tentang indikasi-indikasi Secular stagnation. Sejak tahun 2014, rata-rata kinerja PDB tumbuh---stuck di 5%. Dalam teori ini, disebutkan, bahwa ketika produktivitas ekonomi menurun, pertumbuhan menjadi lebih sulit dicapai.

Hal tersebut bisa kita lihat dari model Incremental Labour Output Ratio (ILOR). ILOR menunjukkan efisiensi output tambahan yang dihasilkan per tambahan tenaga kerja. Jika pertumbuhan ekonomi stuck, penyerapan kerja mengalami flattening dengan ILOR rendah, menggambarkan produktivitas rendah dan pertumbuhan ekonomi tak berkualitas.

Pertumbuhan ekonomi terjadi belum optimal didorong sektor-sektor produktif yang labour intensive. Bisa dilihat dari data kinerja PDB, yang proporsi terbesarnya ditopang konsumsi domestik dan sektor manufaktur justru mengalami tren penurunan dari >20% menjadi rata-rata 18 persen dalam 10 tahun terakhir.

Di infografis ini bisa dilihat informasinya. Dimana dari tahun 2014-2023, pertumbuhan ekonomi stuck di 5%. Rata-rata Angkatan kerja tahun 2014-2023 adalah 136,2 ribu orang. Dalam RPJMN, setiap pertumbuhan ekonomi 1% penyerapan tenaga kerja 500.000 orang. Sepanjang tahun 2014-2023, pertumbuhan kerja RI hanya 18,4%. Namun saat yang sama, ILOR berfluktuasi, dan selalu dibawah Angkatan kerja.

Data pertumbuhan ekonomi dan manufaktur 2010-2023 (Sumber : BPS-diolah)
Data pertumbuhan ekonomi dan manufaktur 2010-2023 (Sumber : BPS-diolah)

Jika grafik ILOR berada di bawah kurva data angkatan kerja, mengindikasikan pertumbuhan ekonomi tidak mampu menyerap penambahan jumlah angkatan kerja secara proporsional. Selin produktivitas atau SDM yang rendah.

Bayangkan, di tahun 2035---menuju fase puncak bonus demografi, saat populasi usia produktif mengalami puncak pertumbuhan tapi sektor manufakturnya jeblok, ekonomi bertumpu pada konsumsi dan sektor padat modal, apa yang anda bayangkan, bonus demokrasi atau beban demografi?

Tua sebelum kaya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun