Mohon tunggu...
Munir Sara
Munir Sara Mohon Tunggu... Administrasi - Yakin Usaha Sampai

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” --Pramoedya Ananta Toer-- (muniersara@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Adu Mekanik di Pilkada Alor 2024

7 Agustus 2024   10:14 Diperbarui: 8 Agustus 2024   07:38 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumput laut di Pulau Lapang sebagai salah satu komoditas di Alor yang value added-nya masih rendah (Sumber : Niar-pic)

Hawa dinamika Pilkada 2024 mulai terasa. Masing-masing bakal calon bupati Alor-NTT dalam tahapan seleksi di Parpol. Dari beberapa sumber, digadang-gadang, paket yang selangkah lagi mendapat SK dukungan adalah Meon-Inang, Ima-Reiner dan Gab-Mul. Meskipun semuanya belum berani mendeklarasikan pencalonannya. Beberapa paket yang juga masih berjibaku memperoleh pintu partai adalah Iskandar-Husen dan Majid-Sepri.

Beberapa figur kontestasi Pilkada 2024 di Alor tak asing bagi warga Alor. Sameon Pally adalah mantan bupati Alor periode 2009-2014. Di Pilkada 2009, Sameon mendulang kemenangan berpasangan dengan Jusran Tohir. Lalu pada Pilkada 2014, Meon kembali mencalonkan diri sebagai petahana, berpasangan dengan Nasarudin Kinanggi. Namun cuma mendulang 46.213 suara (47,52 persen). Kalah dari paket AMIN yang meraih 51.036 suara (52,48 persen).

Nama yang tak asing juga adalah Imanuel Blegur. Figur ini sudah tiga kali mencalonkan diri sebagai Bupati Alor, namun selalu kandas. Pada Pilkada 2018, pasangan INTAN (Imanuel Blegur-Taufik Nampira) terkaram dengan perolehan 34.510 suara atau 48,21% dari suara sah.

Menariknya, dari dua Pilkada di Alor (tahun 2009 dan 2014), derby Pantar Sameon Vs Ima, perolehan suara Sameon selalu lebih unggul dari Ima. Data historis ini merefleksikan pertanyaan, siapa yang lebih mengakar di Pantar?

Kendati Ima datang ke Alor dengan sejumlah rekam jejak. Mulai dari mantan DPR-RI dan mantan aktivis mahasiswa di level nasional. Ima juga memiliki power networking di level nasional. Yang berarti ia memiliki kans mengkonsolidasi modal politik lebih baik dari figur lain, khususnya Meon.

Secara geneologi, Ima juga tumbuh besar dari trah Kapitan Blegur yang merupakan orang terpandang di Pantar. Setali tiga uang dengan wakilnya kala itu; taufik Nampira yang juga berasal dari trah terpandang di daratan Alor.

Kendati dengan modal sosial dan politik yang dimiliki, keduanya (Ima & Taufik) tak mampu menekuk lawannya di dua Pilkada Alor (2009 & 2014). Demikian pun, nama Ima selalu terorbit melalui kontestasi politik di Alor, namun efek ekor jas (coattail effect) pada Pileg 2024 tak signifikan. Ia hanya mampu mendulang 7.182 suara di Alor. Perolehan suara Ima ini hanya 4,6% dari total populasi pemilih di Alor. Apakah pertanda personal branding Ima kian redup di Alor?

Di Pilkada Alor 2024, muncul tiga figur dari Pantar. Diantaranya, Sameon Pally, Imanuel Blegur dan Gabriel Beribina. Dalam survei terakhir Poltracking terkait Pilkada Alor 2024, Gab-Mul mangkrak dengan elektabilitas 2%.

Kendatipun kompleksitas dan variabel-nya berbeda; antara Pileg dan Pilkada, sebagai anggota DPRD NTT Dapil VI tiga periode, elektabilitas 2% merefleksi segmentasi Gabriel masih lemah di ceruk sosialnya. Hal yang sama juga terefleksi dari perolehan suara Gabriel di Alor pada Pileg 2024 yang hanya 15.778 suara.

Dalam survei Pilkada Alor, jika hasil survei diklasifikasikan menjadi tiga calon teratas dengan elektabilitas double digit (misalnya, <10%), maka Gab-Mul, yang memiliki elektabilitas rendah (2%), akan tereliminasi dari posisi calon teratas.

Ketiga figur asal Pantar ini akan berjibaku merebut sumber daya elektoral di Pantar dengan populasi pemilih sekitar 27.739 suara atau 17,8% dari DPT Alor 2024. Tiga figur ini akan menjadi local derby yang menarik di Pilkada Alor 2024

Peta elektoral Alor 2024 (Sumber : KPUD Alor-data diolah)
Peta elektoral Alor 2024 (Sumber : KPUD Alor-data diolah)

Pada Pileg 2024, perolehan suara Gabriel berdasarkan data KPUD Alor, cenderung terkonsentrasi di zona Gunung Besar. Faktor pendulang suaranya di-influence oleh figur-figur Gunung Besar seperti Iskandar Lakamau, yang digadang-gadang (waktu kampanye Pileg 2024) sebagai calon tunggal Bupati Alor dari partai Gerindra. Kendatipun perolehan suara Gabriel di Alor hanya sekitar 10% dari total populasi pemilih di Alor.

Pencalonan Gabriel sebagai calon Bupati Alor, menimbulkan spekulasi, bahwa ia menafikan konsensus yang telah dibangun dengan Iskandar Lakamau.

Sikap Gabriel ini ditengarai akan memantik sentimen kolektif warga Gunung Besar yang menganggap Iskandar sebagai kader terbaik Gunung Besar dalam kontestasi Pilkada 2024.

Pada Pilkada Alor 2024, dari 30 seat di DPRD Alor, digadang-gadang, 63,4% seat; sebagai pintu pencalonan, telah terdistribusi ke tiga paket, yakni Meon-Inang, Ima-Ray dan Gab-Mul.

Sementara sisanya (12 seat) akan diperebut Iskandar-Husen dan AMN-Sepri. Namun hingga tulisan ini rilis, belum ada kepastian terkait paket mana yang telah mendapat mandat dari partai-partai pemilik sisa kursi.

Menariknya, dua figur calon bupati Alor yang tersisa ini memiliki segmentasi yang digadang-gadang cukup kuat di Alor. Katakanlah Iskandar Lakamau, ia merepresentasi zona-etnis Gunung Besar dengan sumber daya elektoral cukup besar, yakni 58.461 suara atau 37,51% dari DPT Alor 2024.

Demikian juga Majid Nampira yang memiliki segmentasi di ceruk pesisir dan perkotaan dengan basis populasi pemilih sekitar 17%-24%.

Dari peta elektoral Alor 2024, naga-naganya episentrum populasi pemilih terbesar ada di Teluk Mutiara (37.252 suara) dan Gunung Besar (58.461 suara). Namun dari sisi struktur masyarakat, zona Gunung Besar relatif homogen dengan kelekatan (adhesiveness) pada adat dan klan suku yang kental. sementara Teluk Mutiara sebagai zona urban, komposisi masyarakatnya cenderung heterososial baik dari sisi agama, etnis dan suku. Hal ini akan berdampak sekali pada preferensi pemilih. Eksposur elektoral masing-masif figur, dapat dipetakan, berdasarkan basis sosialnya.

Bubble politic akan terjadi, bila asumsinya, sisa 12 seat yang belum terdistribusi ke Cabup, tak berhasil diraih Iskandar-Husen dan AMN-Sepri. Sebaran dukungan akan mengarah pada tiga paket, yang notabene  calon Bupatinya dari Pantar. Representasi zonasi elektoral, akan mengarah pada masing-masing calon wakil Bupati sebagai magnet elektoral.

Pasangan/Wakil dari masing-masing figur Calon Bupati Alor juga memiliki eksposur yang merepresentasikan empat zona wilayah di Alor, yakni Teluk Mutiara, Pantar, Kepala Burung dan Gunung Besar. Bila mesin politik mampu menggerakkan secara efektif, maka figur-figur calon wakil ini mampu melakukan segmentasi secara efektif ke ceruk sosialnya.

Isu seputar Pilkada Alor

Sejak tahun 2009, konfigurasi politik Pilkada Alor; kian inklusif dalam corak sosial masyarakat Alor yang multikultural. Paket Cabup/Cawabup representasi Gunung-Pantai, berperan aktif mengakomodasi fragmen-fragmen identitas politik di Alor yang beragam.

Harmoni politik Gunung-Pantai juga sebagai suatu tata nilai yang mampu memoderasi potensi dan friksi-friksi berbasis isu-isu primordial yang tak sehat. Harmoni politik dalam konfigurasi seperti ini, menjadi salah satu pilar penting dalam melandasi pembangunan Alor selama 1,5 dekade belakangan.

Populasi masyarakat Alor di bagian pedalaman, secara demografi didominasi umat nasrani, dengan berbagai suku. Sementara populasi pesisir, lebih heterososial dari sisi etnis, suku dan agama. Sinergi politik dengan mengakomodasi berbagai diferensiasi sosial demikian, menempatkan politik Alor kian terbuka dan demokratis.

Harmoni politik yang terajut selama 1,5 dekade, telah menggeser keluar isu-isu sektarianisme sempit yang menjadi toxic demokrasi di Alor. Hal tersebut terlihat dari semakin tipisnya isu-isu politik parokialistik.

Harmoni politik Alor 1,5 dekade terakhir, perlu menjadi sebuah "potret besar" untuk melihat Pilkada 2024. Berbagai anasir-anasir politik yang menjurus pada "disharmoni," tak perlu di berikan ruang, bila potensi mendistraksi stabilitas sosial dan politik yang selama 15 tahun ini terjaga dengan baik.

Isu-isu penting terkait mendorong harga komoditas lokal sebagai sektor penting dalam struktur ekonomi yang menjadi branding tim Sameon Pally menjadi isu menarik. Pasalnya, 32,70% dari PDRB Alor disokong oleh Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan dengan nilai moneter sekitar Rp. 1,1 Triliun.

Rumput laut di Pulau Lapang sebagai salah satu komoditas di Alor yang value added-nya masih rendah (Sumber : Niar-pic)
Rumput laut di Pulau Lapang sebagai salah satu komoditas di Alor yang value added-nya masih rendah (Sumber : Niar-pic)

Namun problem pokoknya adalah investasi pemerintah/swasta belum mampu mendorong sektor ini ke arah manufaktur untuk meng-create value added. Road map ekonomi nasional ke arah hilirisasi perlu dijawab oleh para figur-figur calon Bupati Alor, melalui investasi APBD Alor yang mengarah pada core business daerah.

Dalam beberapa tulisan sebelumnya, secara eksplisit telah saya sampaikan, bahwa bertumbuhnya sektor primer seperti perikanan, kelautan dan pariwisata serta ekosistemnya, akan mengalami ekstrapolasi pada sektor sekunder seperti seperti industri pengolahan hasil laut, pembuatan perahu, dan pembangunan fasilitas wisata.

Yang paling menarik adalah dampaknya pada sektor tersier atau jasa. Sektor jasa akan tumbuh karena adanya kebutuhan untuk mendukung sektor primer dan sekunder. Sebagai contoh, transportasi, dibutuhkan transportasi untuk mengangkut hasil laut ke pasar dan mengangkut wisatawan.

Perhotelan dan restoran, pertumbuhan pariwisata akan meningkatkan permintaan akan akomodasi dan makanan. Sektor UMKM pun akan tumbuh. Munculnya sentra-sentra pasar untuk menjual hasil laut dan produk olahannya.

Prasyaratnya adalah; dukungan investasi pemerintah melalui penempatan capital expenditure dalam APBD. Atau melalui kolaborasi swasta dan BUMN atau melalui public private partnership/PPP. Saya meyakini, efek berganda dari ekonomi Alor akan terealisasi

Digadang-gadang bahwa pembangunan kawasan wisata yang dimotori Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo dan Flores (BOPLBF) dengan berbagai investasi, telah menempatkan Alor sebagai teritori penting dari Key Points dalam Integrated Tourism Master Plan (ITMP).

Dus, diskursus politik Pilkada Alor akan mundur ke belakang, bila ada anasir-anasir politik yang ingin membenturkan fragmen-fragmen sosial di Alor sebagai blok-blok negatif untuk memperoleh benefit politik. Secara alamiah, local wisdom masyarakat Alor yang inklusif, akan menegasi anasir-anasir politik yang cenderung memecah belah.

Dari peta politik seperti ini, kita bisa meraba-meraba, paket mana yang lebih unggul dalam kontestasi Pilkada Alor? Dus, apapun itu, diskursus politik, harus dikerahkan pada perbincangan serius soal Alor maju, Alor sehat dan Alor kenyang lima tahun ke depan*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun