Perhotelan dan restoran, pertumbuhan pariwisata akan meningkatkan permintaan akan akomodasi dan makanan. Sektor UMKM pun akan tumbuh. Munculnya pasar-pasar untuk menjual hasil laut dan produk olahannya.
Jasa lainnya, seperti jasa pemandu wisata, penyewaan peralatan, dan lain-lain akan tumbuh, sebagai rangkaian multiplier effect dari value added. Ada dampak berganda terhadap ekonomi Kabupaten Alor dan Pantar Barat, bila sumber daya seperti pulau Lapang dikelola secara baik, benar dan inklusif.
Namun sayangnya, belanja modal yang menyasar pada core business daerah masih terbatas. Selain daya dukung fiskal yang terbatas, political will pun masih minim.
Dari sisi kebijakan anggaran, porsi belanja modal dalam APBD masih minim, hanya di kisaran 16% dari APBD. Ini pun tidak secara eksplisit menyasar ke core business daerah
Harapan lainnya adalah mendorong sektor swasta termasuk BUMN/BUMD untuk berinvestasi pada sektor unggulan di Alor. Desas desus bahwa pembangunan kawasan wisata yang dimotori Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo dan Flores (BOPLBF) dengan berbagai investasi, telah menempatkan Alor sebagai teritori penting dari Key Points dalam Integrated Tourism Master Plan (ITMP).
Dengan dukungan investasi pemerintah melalui penempatan capital expenditure dalam APBD, kolaborasi swasta dan BUMN atau melalui public private partnership/PPP dalam ITMP, saya meyakini, efek berganda dari ekonomi Alor akan terealisasi pada 10 atau 20 tahun ke depan. Dan tentu political will adalah bagian linkage sebagai akselerator.
Tentu saja sebagai putra daerah, saya membayangkan dengan penuh optimis, bahwa kelak Pantar Barat sebagai salah satu sentrum penting dari pengembangan sektor perikanan, kelautan dan pariwisata di Alor.
Sebagai bridging of economy, bila pulau lapang dikelola sebagai lumbung ikan di Alor sekaligus sebagai destinasi point pariwisata di kabupaten Alor.
Pembangunan yang inklusif
Ekonom India, Amartya Sen (1998), berpendapat masyarakat harus diberikan ability to achieve untuk mencapai tujuan ekonomi. Masyarakat tak mungkin mencapai kesejahteraan, bila pemerintah cenderung berpihak pada bandar dan taipan (capitalis). Oleh sebab itu, Sen meletakkan pentingnya keadilan.
Joseph Stiglitz (2003), pun mengkritik keras pembangunan yang terlalu berfokus pada pertumbuhan ekonomi dan mengabaikan aspek sosial dan distribusi pendapatan. Senada dengan dua ekonom di atas, Dani Rodrik (1997) menekankan pentingnya menyesuaikan kebijakan ekonomi dengan kondisi lokal.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!