Budaya hading dan hoba mulung, adalah local geniuses masyarakat adat Baranusa yang related dengan arus utama pembangunan saat ini, yakni pembangunan yang berkelanjutan. Budaya lokal Baranusa dimaksud, sejalan dengan upaya menjaga regenerasi biota yang ada dalam ekosistem perairan di pulau Lapang.
Hading dan hoba mulung, ibaratnya masyarakat adat Baranusa melakukan deposit ekologis, dengan menjaga proses regenerasi biota laut di pulau Lapang. Dampaknya terasa, dimana populasi biota laut yang menjadi sumber mata pencaharian masyarakat Baranusa mengalami kesinambungan dalam siklus hidupnya hingga kini.
Ibarat kata, hading mulung yang dilaksanakan di wilayah Selatan, Timur, dan Barat Pulau Lapang dengan total seluas 146,22 hektar, menjadi kawasan bank ikan dan spesies lainnya yang menjadi komoditas income bagi masyarakat Baranusa.
Dengan cara menutup sementara area penangkapan ikan (hading mulung), maka terjadi jeda waktu bagi ekosistem laut untuk memulihkan diri dan memperbanyak diri.
Ini mirip seperti menabung uang di bank, di mana kita menyimpan sebagian pendapatan untuk masa depan yang lebih baik. Alhasil, hingga saat ini, masyarakat nelayan Baranusa, masih menggantungkan kehidupannya di Pulau Lapang
Prospek ekonomi
Baranusa merupakan ibukota kecamatan Pantar Barat Kabupaten Alor. Sejauh ini, bila kita lihat, struktur ekonomi kabupaten Alor dari sisi lapangan usaha, 32% digenjot oleh sektor pertanian, kehutanan dan perikanan. Sektor ini menjadi komponen terbesar dalam mendukung PDRB kabupaten Alor dengan nilai moneter sekitar Rp.1,1 triliun.
Dengan porsi yang besar dalam PDRB Alor, maka nilai tambah sektor ini perlu terus digenjot melalui investasi pemerintah dan swasta. Salah satunya pengelolaan sumber daya blue economy yang ada di pulau Lapang secara terintegrasi. Baik sektor kelautan dan perikanan serta pariwisata.
Bertumbuhnya sektor primer seperti perikanan, kelautan dan pariwisata serta ekosistemnya, akan berdampak pada sektor sekunder seperti seperti industri pengolahan hasil laut, pembuatan perahu, dan pembangunan fasilitas wisata.
Yang paling menarik adalah dampaknya pada sektor tersier atau jasa. Sektor jasa akan tumbuh karena adanya kebutuhan untuk mendukung sektor primer dan sekunder. Sebagai contoh, transportasi, dibutuhkan transportasi untuk mengangkut hasil laut ke pasar dan mengangkut wisatawan.