Mohon tunggu...
Munir Sara
Munir Sara Mohon Tunggu... Administrasi - Yakin Usaha Sampai

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” --Pramoedya Ananta Toer-- (muniersara@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Deposit Ekologi dalam "Blue Economy" di Baranusa, NTT

25 Juli 2024   18:43 Diperbarui: 26 Juli 2024   08:36 583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena melangsungkan hidup sebagai petani ladang dan nelayan, maka di musim tertentu, larangan melakukan aktivitas di kawasan tertentu pulau Lapang dilakukan oleh masyarakat adat Baranusa melalui tradisi Hading dan hoba mulung. Biasanya hading dan hoba mulung ini dilakukan sesuai siklus musim bertani.

Biasanya, musim tanam utama (Rendeng) jatuh pada bulan November hingga Maret atau Juni. Dalam range waktu tersebutlah kegiatan hading dan hoba mulung dilakukan.

Dari siklus rendeng, biasanya masyarakat lokal Baranusa lebih banyak di darat untuk berladang selama tiga atau empat bulan.

Dalam periode tersebutlah hading mulung berlaku. Masyarakat dilarang melakukan aktivitas nelayan di kawasan yang di-mulung.

Sementara saat pasca panen, masyarakat dibolehkan kembali beraktivitas di kawasan mulung, disebut hoba mulung sekitar bulan Juni.

Kegiatan hading dan hoba mulung, dilakukan dengan ritus adat Baranusa. Tak semua orang dapat melakukannya. Biasanya ritual hading dan hoba mulung, dilakukan tuah adat suku Sandiata. Merekalah rumpun adat yang dipercayakan raja Baranusa sebagai juru kunci di pulau Lapang.

Oleh sebab itu, ritual adat dengan berbagai liang dan syair, dilakukan dengan menyembelih hewan kurban yang dipersembahkan untuk arwah leluhur.

Ritual hading mulung dengan berbagai prosesi adat, dipercaya memiliki kekuatan interkoneksi dengan alam. Akan mendapat tulah bagi yang melanggarnya. Masyarakat adat Baranusa, mempercayainya secara turun temurun.

Dengan hading dan hoba mulung, keseimbangan ekosistem di kawasan pulau Lapang masih terjaga hingga hari ini.

Beberapa tahun belakangan (sudah tiga tahun), Pemprov NTT melalui perwakilan DKP (Dinas Kelautan dan Perikanan) dan stakeholder-nya, secara partisipatif ikut mendukung kegiatan hading dan hoba mulung.

Langkah ini dipercaya sebagai upaya menjaga kesinambungan ekologi di pulau Lapang. Menghidupkan kembali hading dan hoba mulung, juga sekaligus mengkonservasi budaya lokal masyarakat adat Baranusa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun