Mohon tunggu...
Munir Sara
Munir Sara Mohon Tunggu... Administrasi - Yakin Usaha Sampai

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” --Pramoedya Ananta Toer-- (muniersara@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pasar Netral terhadap Perombakan Kabinet

16 Juni 2022   10:59 Diperbarui: 16 Juni 2022   11:17 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hingga sesi perdagangan II (15/6/2022) index composite bertengger di level 7000. Terkoteksi 0,61%.

Kendati gerak ISHG netral--tidak reaktif terhadap perombakan kabinet, pelaku pasar masih menanti arah kebijakan menteri baru di bidang ekonomi--Mendag.

Dinamika IHSG saat ini, masih dipicu oleh arah kebijakan moneter The Fed dan bank sentral negara utama yang cenderung hawkish. Kenaikan FFR dan tapering off.

Capital outflow masih dipicu oleh sentimen suku bunga  The Fed dan volatilitas ekonomi dunia. Setiap terjadi volatilitas 1%, akan berdampak pada tergerusnya valuasi aset.

Kendatipun demikian, susutnya surplus trade balance menjadi US$ 2,90 miliar (rilis terbaru BPS), akan mongoreksi emiten di sektor ekspor.

Pasalnya, volatilitas ekonomi dan perlambatan ekonomi di negara mitra dagang, akan menggerus permintaan ekspor asal Indonesia.

Namun tren commodity price yang masih tinggi, membuat trade balance tetap di posisi surplus hingga akhir tahun 2022. Kembali dibuka ekspor sawit dan palm oil, akan menambah bobot ekspor.

Kendatipun demikian, sikap watchfulness dengan menjaga pasokan domestik melalui instrumen DMO sawit, tetap diterapkan lebih ketat, dalam menjaga ketersedian bahan baku minyak goreng untuk domestic demand.

Mengingat, masalah minyak goreng adalah isu panas, karena berkaitan dengan kebutuhan esensial konsumsi  Rumah Tangga. Maka reformasi terhadap tata niaga pangan, ke arah ketersediaan pasokan, harus benar-benar dilakukan oleh Mendag yang baru.

Pemanfaatan dana BPDPKS untuk subsidi biofuel energy dengan bahan baku sawit tentu penting untuk EBT, tapi tak kalah penting mensubsidi harga minyak goreng agar mendekati harga keekonomian, tapi  tidak membebani rakyat kecil.

Windfall taxation dari ekspor sawit, termasuk pungutan bea keluar, bisa digunakan untuk mensubsidi minyak goreng untuk rakyat kecil.

Ketimbang dominan untuk biofuel energy, yang nota bene, hanya dinikmati segelintir cukong. Bukankah clean energy, juga menjadi tanggungjawab korporat? Jangan mau untung saja !

Dus, kendati perombakan kabinet Jokowi, menuai sinisme politik, harapan akan energi baru di sektor perdagangan dinantikan. Tentu pasar menunggu, apa  terobosan menteri perdagangan yang baru?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun