Hingga sesi perdagangan II (15/6/2022) index composite bertengger di level 7000. Terkoteksi 0,61%.
Kendati gerak ISHG netral--tidak reaktif terhadap perombakan kabinet, pelaku pasar masih menanti arah kebijakan menteri baru di bidang ekonomi--Mendag.
Dinamika IHSG saat ini, masih dipicu oleh arah kebijakan moneter The Fed dan bank sentral negara utama yang cenderung hawkish. Kenaikan FFR dan tapering off.
Capital outflow masih dipicu oleh sentimen suku bunga The Fed dan volatilitas ekonomi dunia. Setiap terjadi volatilitas 1%, akan berdampak pada tergerusnya valuasi aset.
Kendatipun demikian, susutnya surplus trade balance menjadi US$ 2,90 miliar (rilis terbaru BPS), akan mongoreksi emiten di sektor ekspor.
Pasalnya, volatilitas ekonomi dan perlambatan ekonomi di negara mitra dagang, akan menggerus permintaan ekspor asal Indonesia.
Namun tren commodity price yang masih tinggi, membuat trade balance tetap di posisi surplus hingga akhir tahun 2022. Kembali dibuka ekspor sawit dan palm oil, akan menambah bobot ekspor.
Kendatipun demikian, sikap watchfulness dengan menjaga pasokan domestik melalui instrumen DMO sawit, tetap diterapkan lebih ketat, dalam menjaga ketersedian bahan baku minyak goreng untuk domestic demand.
Mengingat, masalah minyak goreng adalah isu panas, karena berkaitan dengan kebutuhan esensial konsumsi Rumah Tangga. Maka reformasi terhadap tata niaga pangan, ke arah ketersediaan pasokan, harus benar-benar dilakukan oleh Mendag yang baru.
Pemanfaatan dana BPDPKS untuk subsidi biofuel energy dengan bahan baku sawit tentu penting untuk EBT, tapi tak kalah penting mensubsidi harga minyak goreng agar mendekati harga keekonomian, tapi tidak membebani rakyat kecil.