Saya baca koran hari ini, beberapa emiten milik pemerintah melakukan aksi korporasi buyback. Membeli sahamnya sendiri di pasar reguler.
Di layar IDX kemarin, IHSG cenderung menguat (persisten di 7000). Namun aksi melego saham merah putih oleh investor asing juga cukup kencang.
Sesi II IDX, asing mencatat net sell terbesar pada saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) sebesar Rp 141,3 miliar. Ada 11 saham yang terkoreksi akibat aksi jual bersih asing (9/6/2022)
Kencangnya capital outflow, membuat nilai saham-saham berguguran. Tak luput saham BUMN. Ditengah belum pulihnya likuiditas, ancaman volatilitas ekonomi ada di depan mata.
Sebab itulah BUMN (termasuk BUMN Tbk), mengajukan proposal ke DPR. Tak tanggung-tanggung minta injeksi dana Rp.73 Triliun untuk perkuat struktur modal di tahun 2023.
Dalam rangka me-leverage bisnisnya. Dalam rangka corporate defense di tengah risiko valatilitas.
Net foreign sell atau aksi jual bersih asing, adalah rangkaian respon dari kondisi uncertainty ekonomi. Ini akan menimbulkan volatilitas.
Secara teori, ketika pasar saham naik dan turun lebih dari 1% selama periode waktu yang berkelanjutan, maka disebut volatility pasar atau pasar bergejolak.
Semakin tinggi volatilitas, semakin berisiko untuk keamanan modal. Saham bisa undervalue. Te-reduce valuasinya.
Oleh sebab itulah ada aksi korporasi buyback. Dalam rangka menggairahkan saham tersebut. Memitigasi terjadinya undervaluing.