Tentu saja, untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita mesti melihat, komponen-komponen utama penyokong kinerja PDB yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Dan kinerja PDB 2022 adalah the window of opportunity --menuju tahun 2023.
Berdasarkan rilis BPS Triwulan-1 2022, realisasi pertumbuhan ekonomi adalah 5.01% (yoy). Lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi Triwulan-1 2021 sebesar -0,74%.
Lantas apakah kinerja ekonomi Triwulan-1 2022 seutuhnya merefleksikan kinerja ekonomi di kuartal awal 2022? Secara teknikal, dapat dikatakan, bahwa pertumbuhan pada Triwulan-1 2022, disebabkan oleh low baseline effect.
Jika dibuat simulasi perhitungan berdasarkan rumus pertumbuhan ekonomi, maka makin kecil PDB baseline, maka nilai PDB aktual makin besar. Oleh sebab itu, pertumbuhan di triwulan 1 2022, tidak seutuhnya menggambarkan kondisi ekonomi sesungguhnya.
Dari sisi komponen utama PDB, sektor penting seperti konsumsi dan manufaktur, tumbuh, tapi belum menampakkan geliat ekspansi. Tentu saja hal ini berdasarkan data dan dinamika yang terjadi.
Dari data BPS yang dirilis 9 Mei 2022, dari sisi PDB pengeluaran, konsumsi Rumah Tangga tumbuh melambat 4,34% (yoy) dari periode yang sama tahun lalu sebesar 5,96%. Konsumsi pemerintah malah kontraksi -7,74% (yoy).
Sementara dari sisi PDB berdasarkan lapangan usaha (17 sektor), manufaktur tetap menjadi penyumbang tertinggi (19,19% terhadap PDB) dengan pertumbuhan 5,07% (yoy). Angka ini menunjukkan manufaktur mengalami perlambatan, karena di periode yang sama tumbuh 6,58%
Terbaru, IHS Markit merilis Indeks manufaktur (PMI) sebesar 51,8, lambat dari bulan sebelumnya 51,9. Kendatipun Indeks PMI >50 berarti baik, namun belum menampakkan geliat; ekspansi.
Dari seluruh pertumbuhan komponen utama PDB di Triwulan-1 2022, bila dibandingkan dengan kinerjanya 2019, maka dapat dikatakan, pertumbuhannya masih di bawah teritori pemulihan (Lihat : data BPS 2019).
***