Mohon tunggu...
Munir Sara
Munir Sara Mohon Tunggu... Administrasi - Yakin Usaha Sampai

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” --Pramoedya Ananta Toer-- (muniersara@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Melewati Badai Ekonomi, Belajar dari "Life of Pi"

12 Mei 2022   00:48 Diperbarui: 19 Mei 2022   03:20 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konflik geopolitik tersebut, menghambat rantai supply global. Harga energi terkerek. Termasuk Indonesia Crude Price (ICP) yang melambung--lampaui asumsi makro APBN 2022. 

Tak luput, Tiongkok yang kembali mengunci beberapa wilayahnya akibat kasus baru Covid-19 yang meruak. Hal ini turut memperparah terganggunya rantai pasok global. Menimbang, Tiongkok adalah negara pengendali manufaktur global. 

Berdasarkan rasio output terhadap DPB (dengan standar hitungan USD dengan base year 2017), Tiongkok, menguasai 28,4% manufaktur global (Sumber : United Nations Statistics Division, Statista). Disusul AS (16,6%), Jepang (7,2%), Jerman (5,8%), Korsel (3,3%), India (3%) dan Italia (2,3%). 

The Fed yang menaikan suku bunga agresif, kini telah berdampak pada negara berkembang seperti Indonesia. Memicu ketidakpastian (uncertainty). Hal ini terlihat dari tekanan terhadap obligasi pemerintah dan tergerusnya IHSG di awal Mei 2022. 

Yield obligasi pemerintah 10-tahun; bergerak ke 8% pada pekan ini. Kekhawatiran akan risiko default, turut mengerek CDS ke 100 bps. Target indikatif realisasi SBN, pun beberapa kali terkoreksi sepanjang Triwulan-1 2022. 

Kekhawatiran jamak akan risiko capital outflow mengemuka. BI yang selama ini dovish, akan melakukan adjustment, merespon kenaikan suku bunga agresif dan taper tantrum The Fed. Langkah BI ditunggu dalam rangka memberikan kepastian terhadap investor. Agar arus modal keluar (capital outflow) tak terlalu kencang.

Kendati demikian, adjustment BI diharapkan tetap akomodatif terhadap arah pemulihan ekonomi. Inflasi yang terjaga seiring kelancaran rantai supply domestik, memungkinkan kebijakan suku BI tidak terlalu ekstrem atau berlawanan arah dengan pemulihan ekonomi. 

Dengan kondisi fiskal dan moneter yang masih resiliences, badai akan dilewati hingga ke tepi. Triwulan-2 2022, ekonomi akan tumbuh di atas 5,02%. 

Kita pernah berada di fase paling krusial, di tengah turbulensi awal pandemi. Tapi harapan masih terjaga, pun optimisme. 

Kewaspadaan menguatkan kita. Sebagaimana Harimau Bengal; Richard Parker, memantik kewaspadaan Pi. Segala kemungkinan dan upaya dikumpulkan. Piscine Molitor Patel dan harimau Bengal itu, akhirnya selamat, menepi di Pantai Mexico. Semoga 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun