***
Di tubir petaka, Pi mengumpulkan harapan. Optimisme dikayuh. Apa yang ada di sekoci dirangkainya menjadi upaya penyelamatan. Harapan masih terawat.
Perlengkapan pelampung, dirangkainya menjadi sebuah rakit kecil. Kesiagaan dipantik oleh Richard yang buas. Dari kail dan senar rakitan, ikan tangkapan diberikan pada harimau Bengal.
Menghadapi resesi, pemerintah memasak kuda-kuda. APBN sebagai piranti. Undang Undang dibuat, APBN dijadikan sebagai counter cyclical. Berbagai insentif dikucur ke dunia usaha (termasuk program restrukturisasi kredit). Belanja pemerintah dipompa. Program social safety net dikucur.
Realokasi dan refocusing belanja K/L, disasarkan pada Pemulihan ekonomi (economic recovery) dan pemulihan kesehatan (health recovery). Pembatasan mobilitas fisik masyarakat diperketat. Namun jaringan pengaman sosial untuk mengerek konsumsi RT dipompa.
Bank sentral (BI), terlibat aktif dalam mendukung likuiditas pemerintah melalui burden sharing/tanggung renteng. Kebijakan suku bunga rendah--turut mentransfusi darah ekonomi melalui peningkatan penyaluran kredit.
Akhirnya, di kuartal 2 2021, ekonomi menjadi adaptif ditengah badai resesi. Berbagai tantangan dijinakkan. Alhasil, di Triwulan-2 2021, pertumbuhan ekonomi perlahan--keluar dari teritori kontraksi.
Pada Triwulan-2 2021, secara tahunan, ekonomi tumbuh 7,07% (yoy). Kendati ada faktor low baseline effect, pertumbuhan yang positif, pertanda, perahu ekonomi, tengah ber-asa menuju tepi. Seperti Pi yang lolos, keluar dari pulau pemakan makhluk hidup. Seperti Pi yang mampu menjinakkan Richard.
***
Beberapa hari ini, tumpahan was-was tersebar di media. Apa pasal? adalah Konflik geopolitik (Rusia-Ukraina), Inflasi global dan kebijakan bank sentral negara utama (developed countries) yang hawkish, menggahar kekhawatiran.